Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama memperkirakan tingkat volatilitas pasar masih tinggi di tengah The Fed yang masih akan agresif untuk menaikkan suku bunganya seiring dengan rilis data pekan lalu ISM Non-Manufacturing PMI bulan Agustus dan data klaim pengangguran yang positif.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menerangkan dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,91% ke level 7.242. Menguatnya IHSG masih didorong oleh sektor energi, meskipun harga batu bara mengalami sedikit penurunan, seiring dengan harga gas alam Eropa yang mengalami penurunan karena pasokan gas yang sudah terpenuhi sebelum musim dingin, di tengah adanya upaya pemerintah untuk membatasi harga gas agar tidak melambung tinggi.
|Baca juga: MARKET REVIEW: Saham Energi Dorong Penguatan IHSG
Selain itu, adanya rilis data Indeks keyakinan konsumen Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,5 point ke level 124,7 di bulan Agustus. Meskipun demikian, pergerakan IHSG cukup volatile, di tengah perlambatan ekonomi China yang berlanjut, seiring dengan rilis neraca dagang China yang mengalami perlambatan dilihat dari pertumbuhan ekspor yang turun ke 7% yoy.
Sementara dari sisi impor tumbuh flat, seiring dengan adanya pembatasan wilayah karena wabah Covid-19 di negara China yang semakin meluas, karena negara China menerapkan kebijakan Zero Covid Policy. Sejalan dengan kondisi tersebut, dari pasar obligasi, Infovesta Government Bond Index tercatat mengalami penurunan sebesar – 0,06%.
Dari sisi global, adanya sentimen kenaikan suku bunga dari bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 75 bps atau 0,75%, seiring dengan upaya dalam menurunkan tingkat inflasi yang masih di level tinggi. Selain itu, dari Amerika Serikat, ketua The Fed Jerome Powell memberikan statement berupa komitmennya untuk memerangi inflasi. Seiring dengan itu, pelaku pasar melalui Fed Fund Futures memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 75 bps di bulan ini dengan tingkat probabilitas di atas 80%.
|Baca juga: Volatilitas Pasar Diperkirakan Bertahan dalam Beberapa Bulan Mendatang
Di sisi lain, sentimen perlambatan ekonomi global dapat memberikan sinyal positif terhadap pasar obligasi di tengah yield obligasi 10 tahun Indonesia yang masih atraktif diatas 7%. Melihat kondisi pasar saat ini, reksa dana saham secara year to date mengalami pertumbuhan sebesar 3,09%, seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh sebesar 10,05% didorong oleh sektor energi terutama pada laporan keuangan yang tercatat mengalami peningkatan pada kuartal II.
Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, investor tetap dapat berinvestasi, dengan adanya sentimen resesi ekonomi global. Namun demikian, tingkat volatilitas pasar masih tinggi, di tengah The Fed yang masih akan agresif untuk menaikan suku bunganya seiring dengan rilis data pekan lalu ISM Non-Manufacturing PMI bulan Agustus dan data klaim pengangguran yang positif.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menerangkan dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,91% ke level 7.242. Menguatnya IHSG masih didorong oleh sektor energi, meskipun harga batu bara mengalami sedikit penurunan, seiring dengan harga gas alam Eropa yang mengalami penurunan karena pasokan gas yang sudah terpenuhi sebelum musim dingin, di tengah adanya upaya pemerintah untuk membatasi harga gas agar tidak melambung tinggi.
|Baca juga: MARKET REVIEW: Saham Energi Dorong Penguatan IHSG
Selain itu, adanya rilis data Indeks keyakinan konsumen Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,5 point ke level 124,7 di bulan Agustus. Meskipun demikian, pergerakan IHSG cukup volatile, di tengah perlambatan ekonomi China yang berlanjut, seiring dengan rilis neraca dagang China yang mengalami perlambatan dilihat dari pertumbuhan ekspor yang turun ke 7% yoy.
Sementara dari sisi impor tumbuh flat, seiring dengan adanya pembatasan wilayah karena wabah Covid-19 di negara China yang semakin meluas, karena negara China menerapkan kebijakan Zero Covid Policy. Sejalan dengan kondisi tersebut, dari pasar obligasi, Infovesta Government Bond Index tercatat mengalami penurunan sebesar – 0,06%.
Dari sisi global, adanya sentimen kenaikan suku bunga dari bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 75 bps atau 0,75%, seiring dengan upaya dalam menurunkan tingkat inflasi yang masih di level tinggi. Selain itu, dari Amerika Serikat, ketua The Fed Jerome Powell memberikan statement berupa komitmennya untuk memerangi inflasi. Seiring dengan itu, pelaku pasar melalui Fed Fund Futures memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 75 bps di bulan ini dengan tingkat probabilitas di atas 80%.
|Baca juga: Volatilitas Pasar Diperkirakan Bertahan dalam Beberapa Bulan Mendatang
Di sisi lain, sentimen perlambatan ekonomi global dapat memberikan sinyal positif terhadap pasar obligasi di tengah yield obligasi 10 tahun Indonesia yang masih atraktif diatas 7%. Melihat kondisi pasar saat ini, reksa dana saham secara year to date mengalami pertumbuhan sebesar 3,09%, seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh sebesar 10,05% didorong oleh sektor energi terutama pada laporan keuangan yang tercatat mengalami peningkatan pada kuartal II.
Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, investor tetap dapat berinvestasi, dengan adanya sentimen resesi ekonomi global. Namun demikian, tingkat volatilitas pasar masih tinggi, di tengah The Fed yang masih akan agresif untuk menaikan suku bunganya seiring dengan rilis data pekan lalu ISM Non-Manufacturing PMI bulan Agustus dan data klaim pengangguran yang positif.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts