Media Asuransi, GLOBAL – Bursa saham Wall Street kembali menguat pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB), mengabaikan data penjualan ritel yang lemah. Kondisi itu terjadi karena sikap bullish para investor mengangkat kinerja pasar.
Mengutip The Business Times, Jumat, 16 Februari 2024, indeks Dow Jones Industrial Average berakhir naik 0,9 persen menjadi 38.773,12. Sedangkan S&P 500 berbasis luas naik 0,6 persen menjadi 5.029,73. Kemudian Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi bertambah 0,3 persen menjadi 15.906,17.
Art Hogan dari B Riley Wealth Management menyatakan saham-saham tertekan pada awalnya, namun orang-orang bangun di sore hari dan melihat bagaimana segala sesuatunya bergerak dan mengikuti tren tersebut. Hogan mengatakan kenaikan pasar sebelumnya pada dasarnya membawanya kembali ke level sebelum terjadinya aksi jual setelah laporan inflasi.
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham Berpotensi Cuan saat IHSG Rawan Koreksi
Saham Cisco Systems turun 2,4 persen karena menjadi raksasa teknologi terbaru yang mengumumkan PHK. Perusahaan akan menghilangkan sekitar lima persen tenaga kerjanya, atau sekitar 4.000 pekerjaan. Sedangkan saham Deere & Company turun 5,2 persen karena memberikan pandangan yang bijaksana mengenai kondisi industri 2024 dan prospek perusahaannya.
Dolar AS stabil
Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Hal itu terjadi karena investor menunggu data penjualan ritel AS dan klaim pengangguran, sementara yen menguat meskipun perekonomian Jepang jatuh ke dalam resesi.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang lainnya, sedikit lebih rendah pada 104,6, tepat di bawah level tertinggi tiga bulan di 104,97 yang dicapai pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB). Data penjualan ritel akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang arah perekonomian AS setelah inflasi lebih tinggi dari perkiraan pada hari Selasa.
Angka harga menyebabkan investor mengekang ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve, sehingga memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan dolar AS.
“Setelah terangkat oleh angka lapangan kerja yang lebih kuat dan angka harga yang lebih tinggi selama beberapa pekan terakhir, arah dolar hari ini akan ditentukan oleh konsumen AS,” pungkas Kepala Pasar Global ING Chris Turner.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News