1
1

Wall Street Bervariasi, Dolar AS Ambruk

Ilustrasi. | Foto Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Saham-saham Wall Street sebagian besar berakhir lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Hal itu setelah sesi bergejolak lainnya karena kenaikan imbal hasil obligasi treasury AS mencerminkan meredupnya harapan akan perubahan kebijakan moneter The Fed dalam waktu dekat.

Mengutip The Business Times, Jumat, 19 April 2024, Dow Jones Industrial Average menambah kenaikan 0,1 persen menjadi 37.775. Namun indeks berbasis luas S&P 500 merosot 0,2 persen menjadi 5.011, sedangkan indeks Komposit Nasdaq yang berbasis teknologi turun 0,5 persen menjadi 15.601.

Sikap pasar saat ini terhadap kemunduran sangat kontras dengan pendekatan di awal tahun ketika para investor bersemangat untuk membeli saham pada saat kondisi melemah. Para analis mengaitkan perubahan ini sebagian besar dengan meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih sedikit pada 2024.

|Baca juga: IHSG Mulai Bangkit, 4 Saham Ini Menarik Dicermati

Di antara masing-masing perusahaan, Netflix turun 0,4 persen menjelang rilis hasil kuartalnya. Perusahaan melaporkan laba yang lebih baik dari perkiraan sebesar US$2,3 miliar setelah pasar ditutup. Raksasa streaming ini adalah perusahaan teknologi besar pertama yang melaporkan kinerjanya pada kuartal tersebut.

Dolar AS melemah

Di sisi lain, dolar AS melemah untuk hari kedua pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Pelemahan terjadi setelah peringatan yang jarang diberikan oleh para kepala keuangan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea mengenai penurunan tajam mata uang lainnya, yang pada gilirannya memberikan kelonggaran yang jarang terjadi pada yen.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, terakhir turun 0,11 persen menjadi 105,84 namun masih dalam jangkauan tertinggi 5½ bulan minggu ini di 106,51 yang dicapai pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Indeks ini naik 4,5 persen tahun ini.

Adapun yen mendapat sedikit dorongan setelah diplomat mata uang terkemuka Jepang Masato Kanda mengatakan para pemimpin keuangan G7 menegaskan kembali pendirian mereka bahwa volatilitas mata uang yang berlebihan tidak diinginkan.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bank DKI Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar di 2023
Next Post IHSG Diprediksi Menguat Terbatas, Ajaib Sarankan Saham BRIS, ADMR, ULTJ

Member Login

or