1
1

Wall Street dan Dolar AS Kompak Ambruk

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Saham Wall Street melemah pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Pelemahan terjadi karena reli pasar menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan perusahaan teknologi kelas berat menghadapi peningkatan pengawasan peraturan di Eropa.

Mengutip The Business Times, Selasa, 26 Maret 2024, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,4 persen menjadi 39.313,64. Sedangkan indeks S&P 500 berbasis luas merosot 0,3 persen menjadi 5.218,19. Kemudian Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi turun 0,3 persen menjadi 16.384,47.

Maris Ogg dari Fiduciary Trust mengatakan awal yang lambat ini tidak mengejutkan mengingat jadwal yang relatif ringan minggu ini terkait berita ekonomi. “Tentunya bukan hal yang aneh jika terjadi konsolidasi setelah level tertinggi minggu lalu,” kata Ogg.

|Baca juga: CIMB Niaga Konsisten Terapkan Dual Banking untuk Layani Nasabah Syariah

Saham Apple, induk Google, Alphabet, dan induk Facebook, Meta, semuanya jatuh setelah Komisi Eropa, regulator antimonopoli UE mengatakan pihaknya sedang menyelidiki ketiga perusahaan tersebut atas tanggapan mereka terhadap undang-undang digital baru yang dimaksudkan untuk memastikan persaingan.

Dolar AS tergelincir

Di sisi lain, dolar AS tergelincir pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Hal itu terjadi karena ancaman intervensi mata uang dari otoritas Jepang dan reli yuan Tiongkok yang didorong oleh pemerintah yang membebani mata uang AS.

Yen Jepang naik sekitar 0,1 persen dan terakhir berada di 151,29 per dolar AS, setelah mencapai titik terendah dalam empat bulan di 151,86 pada minggu lalu yang membuatnya tidak jauh dari level terendah dalam 32 tahun di dekat 152 per dolar AS yang dicapai pada 2022.

Kenaikan yen membantu mendorong indeks dolar AS turun 0,16 persen menjadi 104,26, setelah kenaikan mingguan hampir satu persen pada minggu lalu. “Intervensi verbal pejabat Jepang membuat resistensi jangka pendek yang sangat kuat terhadap dolar AS/yen,” pungkas Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank of Australia Carol Kong.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Setelah Cuti Panjang, Arsjad Rasjid Kembali Bertugas sebagai Dirut Indika Energy
Next Post Prediksi IHSG dan 4 Rekomendasi Saham Potensi Cuan Hari Ini

Member Login

or