Media Asuransi, JAKARTA – Pasar Modal Indonesia saat ini sudah bangkit, bahkan pulih. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 7 Februari 2022 sudah mencapai level 6.804,94, di atas level sebelum pandemi Covid-19.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso dalam Seminar Nasional “Akselerasi Ekonomi Daerah untuk Memacu Pemulihan Nasional” di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa, 8 Februari 2022. Seminar yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 ini berlangsung secara hybrid.
Dalam seminar tersebut, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjadi keynote speaker. Sedangkan pembicara lainnya adalah Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI, Astera Primanto Bhakti, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Amir Uskara, Kapuspen Kemendagri, Benni Irwan, Deputi Ekonomi Kementerian Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti. Seluruh pembicara menyampaikan materi secara daring melalui aplikasi zoom.
|Baca juga: Proyeksi Pasar Modal 2022 Modal Besar untuk Mengukir Rekor Baru
Menurut Wimboh Santoso, indikator kepercayaan masyarakat mulai pulih di pasar modal adalah IHSG kita. Saat ini IHSG sudah mencapai level 6.804,94 atau tumbuh 3,40 persen year to date, atau dari awal Januari 2022 hingga tanggal 7 Februari 2022. “Di akhir tahun lalu IHSG sudah mencapai 6.581,48, ini level di atas sebelum pandemi Covid-19. Dapat kami simpulkan bahwa di pasar modal sudah bangkit, bahkan sudah pulih,” katanya.
Dia jelaskan bahwa di masa pandemi, IHSG pernah mencapai titik terendahnya pada tangal 24 Maret 2020 yaitu 3.937,63. Saat itu OJK lantas mengeluarkan kebijakan stabilisasi pasar berupa pelarangan short selling, trading halt, penyesuaian auto-rejection limit, dan buyback saham tanpa RUPS.
Dengan kebijakan tersebut, IHSG terus bergerak ke arah positif. Akhir Desember 2021 IHSG berada pada level 6.581,48 atau naik 10,08 persen year on year.
Selain indikator IHSG, menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, pertanda pulihnya pasar modal dapat dilihat dari banyaknya surat utang dan IPO di pasar modal yang di 2021 lalu mencapai Rp363,3 triliun dari 185 penawaran umum. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang hanya Rp118,7 triliun.
“Ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat atau pengusaha untuk berupaya kembali, untuk berusaha kembali, sudah mulai tumbuh. Hal ini ditunjukkan dengan raising fund di pasar modal,” jelasnya.
|Baca juga: Proyeksi Pasar Modal 2022 Modal Besar untuk Mengukir Rekor Baru
Menurut Wimboh, di pasar modal itu ada indikator lain yakni jumlah investor. Jumlahnya sudah cukup tinggi yakni di akhir 2021 mencapai 7,5 juta investor atau naik 93 persen secara year on year. Dari jumlah ini, 80 persen adalah investor milenial. Kita berhasil menarik para investor ritel, anak-anak muda untuk masuk ke pasar modal.
“Dari segi sebaran, 69,83 persen investor ini berada di pulau Jawa. Kita nanti perlu campaign lebih gencar lagi di luar jawa agar jumlahnya meningkat,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Wimboh, di perbankan kredit tumbuh 5,24 persen year on year pada akhir 2021, setelah tahun lalu sempat terkontraksi atau minus 2,7 persen. “Indikator ini sudah bagus, walau belum pulih seperti sebelum pandemi. Sebelum pandemi, pertumbuhan kredit sekitar 8 persen. Akhir tahun ini kita harapkan pertumbuhan kredit bisa mendekati 8 persen, ya setidaknya 7,5 persen,” katanya.
Dia jelaskan bahwa kredit UMKM tumbuhnya sudah lebih tinggi yakni sekitar 11,3 persen. Lebih tinggi dari total kredit secara keseluruhan. Sedang di korporasi sudah positif namun tumbuhnya masih lebih rendah yaitu 2,72 persen.
Menurutnya, pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh pertumbuhan di luar Jawa yang tumbuh 5,8 persen. Di atas pertumbuhan kredit di Jawa yang tumbuhnya hanya 5 persen.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News