1
1

10 Poin Penting Sebelum Investasi Saham

Seorang pekerja sedang melintas di layar screen Bursa Efek Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi – Berinvestasi saham merupakan salah satu cara pengembangan dana yang menarik, karena dapat memberikan imbal hasil atau return yang optimal. Berdasar data 20 tahun terakhir sejak krisis moneter tahun 1998, rata-rata return investasi saham dengan perhitungan sederhana mencapai 18% per tahun. Imbal hasil ini lebih tinggi dari laju inflasi Indonesia yang berkisar 5,5% per tahun dalam 10 tahun terakhir.

Sayangnya, tak banyak orang berani melakukan investasi saham. Mengutip Kontan (Maret 2019), saat ini baru ada 1,7 juta single investor identification (SID) atau nomor identitas tunggal investor yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Padahal, berinvestasi saham bisa membantu seseorang untuk mencapai rencana keuangan di masa depan.

Boleh jadi saat ini Anda memiliki rencana seperti menikah, menyekolahkan anak, wisata rohani, liburan, melanjutkan studi, memiliki rumah, dan sebagainya. Anda dapat mewujudkan rencana tersebut dengan lebih optimal dengan berinvestasi pada instrumen yang tepat, salah satu alternatifnya adalah saham. Instrumen saham menawarkan potensi pertumbuhan yang lebih agresif sehingga target keuangan dapat dicapai lebih cepat. Nah, agar dapat lebih mantap dalam berinvestasi atau nabung saham, yuk kenali 10 hal berikut:

Baca juga: Antisipasi Puncak Covid-19, Pupuk Kaltim Tingkatkan Kapasitas RS

1. Pengertian investasi saham

Dikutip dari Investopedia, saham (atau disebut juga stock, shares, equity) adalah instrumen yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai tanda bukti penyertaan modal seseorang secara proporsional pada perusahaan tersebut. Saham diperjualbelikan di pasar modal atau melalui bursa efek. Sedangkan orang yang membeli saham disebut investor.

Sementara itu, investasi saham berarti investor membeli sejumlah saham perusahaan agar memperoleh imbal hasil. Sehingga, dana investor akan berkembang sesuai target dan dapat memenuhi rencana-rencana finansial di masa depan.

2. Perbandingan imbal hasil investasi saham dan instrumen investasi lain

Meski investasi saham memiliki risiko tinggi, tingkat pengembalian hasil yang ditawarkan lebih baik dari produk investasi lain. Perhatikan masing-masing imbal hasil produk investasi berikut.

Saham. Sejak akhir tahun 2018 hingga Juni 2019, imbal hasil saham year-to-date (ytd) yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami peningkatan 1,9% dari 6.194 pada 28 Desember 2018 menjadi 6.315 pada 21 Juni 2019. Memang, tahun 2018 IHSG melemah 2,54%. Namun pada tahun-tahun sebelumnya, IHSG memberikan imbal hasil yang positif yakni 19,99% pada 2017 dan 15,32% pada 2016.

Obligasi negara ritel (ORI). Saat ini, pemerintah memberikan imbal hasil ORI mulai dari 8,15% per tahun.

Deposito. Mengutip CNBC Indonesia (Februari 2019), deposito bertenor tiga bulan pada bank besar memberikan imbal hasil bersih sekitar 4,4% per tahun.

Reksa dana pasar uang. Sementara imbal hasil reksa dana pasar uang setahun terakhir mencapai 4,94% per tahun.

Reksa dana saham. Sementara itu, CNBC Indonesia (April 2019) mencatat, imbal hasil reksa dana saham pada kuartal pertama 2019 mencapai 1,43%.

Reksa dana campuran. Pada kuartal pertama 2019, imbal hasil reksa dana campuran mencapai 3,33% per tahun.

Properti. Hasil survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan kenaikan harga properti residensial pada kuartal pertama 2019 mencapai 2,04% year-on-year (yoy).

Baca juga: Kriteria Risiko yang Bisa Ditanggung Asuransi

3. Keuntungan investasi saham

Ada tiga keuntungan investasi saham yang dapat dinikmati oleh investor.

Capital gain, yakni selisih antara harga jual saham dengan harga beli saham. Contoh, jika Anda membeli saham seharga Rp1.500 dan setahun kemudian menjual saham tersebut di harga Rp2.000, maka memperoleh capital gain sebesar 33,33%

Dividen, yakni sebagian laba bersih tahunan yang dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan saham.

Saham bonus, yakni saham yang dibagikan cuma-cuma kepada pemegang saham.

4. Risiko investasi saham

Investasi saham mengenal prinsip high risk, high potential return. Artinya, semakin besar risiko kerugian yang dihadapi, semakin tinggi pula potensi keuntungan yang dapat diperoleh investor. Karena itulah, investor yang masuk ke saham haruslah yang memiliki profil risiko agresif.

5. Bagaimana cara memilih saham yang tepat?

Ada banyak pertimbangan dalam memilih saham. Ada yang memilih berdasarkan sektor, misalnya sektor perbankan relatif lebih stabil dibandingkan sektor pertambangan. Ada pula investor yang memilih saham berdasarkan fundamental yang dilihat dari price-to-earnings ratio (PER). PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham. Semakin besar PER suatu saham, maka saham tersebut dikategorikan semakin mahal. Selain itu, ada pula investor yang memilih saham berdasarkan sering atau tidaknya perusahaan tersebut membagikan dividen.

6. Beda trading dan investasi

Baik trading saham maupun investasi saham memiliki tujuan yang sama, yakni memperoleh keuntungan. Hanya saja, kedua strategi tersebut memiliki perbedaan dalam jangka waktu investasi dan dasar pertimbangan dalam membeli sebuah saham. Trading merupakan transaksi saham jangka pendek, bisa harian atau mingguan yang didasari perhitungan bahwa dalam waktu dekat sebuah saham akan mengalami kenaikan harga yang signifikan.

Artinya, trader akan menjual saham jika harga saham tersebut sudah mencapai target harga yang ia tentukan. Karena itu, trader saham biasanya memantau pergerakan harga saham lebih sering, umumnya setiap hari, untuk menentukan untuk menjual, membeli, atau mempertahankan portofolio saham yang ia miliki karena trading sangat erat kaitannya dengan mengambil momentum yang tepat.

Sementara investasi merupakan transaksi saham jangka panjang, yang didasari atas potensi pertumbuhan bisnis dari sebuah perusahaan, bisa setahun, lima tahun, bahkan puluhan tahun. Investasi umumnya diterapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang seperti dana pensiun dan dana kuliah anak. Karena horizon waktu investasi bersifat panjang, maka investor biasanya tidak terlalu memusingkan kenaikan dan penurunan harga saham setiap hari, karena ia yakin harga saham dalam jangka panjang akan membaik karena pemilihan saham didasari oleh perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan yang berkesinambungan dalam jangka panjang.

7. Cut loss

Cut loss adalah keputusan menjual saham dalam posisi rugi untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Untuk memutuskan cut loss, investor biasanya telah membekali diri dengan analisis situasi makro ekonomi dan fundamental perusahaan. Contohnya, ketika harga batubara global mengalami penurunan, maka investor menjual saham perusahaan batubara meski ia merugi.

Hal ini dilakukan karena ia memprediksi penurunan harga batubara masih akan berlangsung dalam setahun ke depan. Pertimbangan lainnya dari cut loss adalah seberapa besar nilai kerugian yang siap dihadapi, karena setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sebuah nominal angka kerugian.

8. Don’t put all your eggs in one basket

Jangan tempatkan seluruh dana Anda pada satu keranjang. Hal ini penting agar Anda dapat menyebar atau melakukan diversifikasi risiko. Jadi, jika punya dana Rp50 juta, Anda dapat mendiversifikasikan risiko dengan mengoleksi empat saham masing-masing Rp12,5 juta. Ketika salah satu saham harganya jatuh, risiko kerugian yang Anda tanggung hanya 25%. Sementara 75% dana lainnya terhindar dari risiko rugi.

9. Pentingnya mengevaluasi portofolio saham

Meskipun punya horizon investasi jangka panjang, namun Anda tetap perlu mengevaluasi portofolio saham minimal setahun sekali. Hal ini penting untuk mengecek apakah saham-saham yang dikoleksi berkembang sesuai target yang telah Anda tetapkan atau tidak. Jika saham tersebut berkembang sesuai harapan, Anda dapat mempertimbangkan untuk menambah jumlah dana di saham tersebut. Sebaliknya, jika ada saham yang berkembang tidak sesuai harapan, Anda dapat mempertimbangkan untuk memindahkan saham suatu perusahaan ke saham perusahaan lain.

10. Bagaimana cara bertransaksi saham

Pertama-tama, Anda perlu membuat rekening efek, rekening dana investor (RDI), dan akun di perusahaan sekuritas. Anda dapat melakukannya dengan mengunjungi perusahaan sekuritas atau secara online. Ketika membuka akun, Anda akan diminta untuk mengisi formulir dan menyertakan sejumlah dokumen seperti foto diri, scan KTP, halaman depan buku tabungan, dan scan NPWP.

Setelah itu, Anda perlu mentransfer sejumlah dana ke RDI. Barulah kemudian dapat mulai membeli saham di platform sekuritas tempat Anda membuka akun. Cara membeli saham ialah dengan memilih opsi “buy” atau “beli”. Satuan saham yang diperjual-belikan di bursa saham ialah 1 lot yang setara dengan 100 saham. Ketika Anda ingin menjual saham atau redeem, kamu tinggal memilih opsi “sell” atau “jual”

Yuk, mulai nabung saham sekarang. Tak perlu modal besar untuk bisa berinvestasi saham lho. Seiring dengan kampanye “Yuk Nabung Saham” yang diadakan oleh BEI, kini investor bisa mulai berinvestasi saham mulai dari Rp100 ribu saja. Cukup terjangkau, bukan? Selamat berinvestasi. Aha

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Antisipasi Puncak Covid-19, Pupuk Kaltim Tingkatkan Kapasitas RS
Next Post Induk Usaha Shopee dan Garena Sumbang 1.000 Tabung Oksigen

Member Login

or