Media Asuransi, JAKARTA – PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat dalam sepekan ke depan. Hal itu akibat pemangkasan suku bunga dan rilis data ekonomi penting Amerika Serikat (AS).
Pekan ini Bank Indonesia (BI) diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen, menandai penurunan kelima kalinya. Pemangkasan suku bunga akan menjadi salah satu sentimen utama yang memengaruhi pasar modal Indonesia pekan ini, bersamaan dengan rilis data ekonomi penting AS.
|Baca juga: Konsolidasi Asuransi BUMN Tidak Melulu Positif, Pengamat Beberkan Dampak Negatifnya!
|Baca juga: Ada di Kawasan Ring of Fire, Asuransi Gempa Bumi Dinilai Wajib Diterapkan di Indonesia!
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus menegaskan penguatan IHSG pekan ini terjadi setelah dalam perdagangan pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level All Time High (ATH) di level 8.288, namun ditutup melemah sebesar 4,14 persen dengan net sell asing di pasar reguler sebesar 4,2 triliun.
Indri menambahkan hanya ada satu sektor yang menguat pekan lalu, yakni sektor kesehatan yang menguat 2,79 persen, sementara sisanya mengalami pelemahan. Pelemahan terdalam dialami oleh sektor teknologi yang melemah 11,59 persen akibat pelemahan saham DCII dan MLPT.
“(Yang merupakan) dua saham yang memiliki bobot terbesar dalam indeks tersebut,” kata Indri, dikutip dari risetnya, Selasa, 21 Oktober 2025.
|Baca juga: Victoria Insurance (VINS) Suntik Modal Rp19,57 Miliar Demi Perkuat Ekuitas
|Baca juga: Pengunjung CMSE 2025 Cetak Rekor, Bos BEI: Bukti Masyarakat Berminat Kenal Lebih Dekat Pasar Modal
Secara lebih detail, Indri merinci, sejumlah sentimen yang memengaruhi IHSG pada pekan lalu. Pertama, ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas. Berawal dari China yang berencana akan membatasi ekspor tanah jarang yang berujung memicu respons dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Amerika Serikat sangat membutuhkan tanah jarang tersebut sebagai bahan baku pembuatan elektronik dan bahan baku pertahanan nasional. Donald Trump mengancam akan menetapkan tambahan tarif kepada China sebesar 100 persen jika China membatasi ekspor tanah jarang itu.
Kedua, outlook pemangkasan suku bunga. Para pelaku pasar menanti pertemuan Federal Reserve pada akhir bulan nanti untuk mengetahui langkah apa yang akan diambil berikutnya terkait suku bunga. Sebesar 99 persen para pelaku pasar meyakini suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 25 basis poin sementara sisanya yakin akan dipangkas 50 basis poin.
|Baca juga: BEI Fokus Perkuat Pendalaman Pasar untuk Naikkan Nilai Transaksi Harian
|Baca juga: Transaksi Saham Kimia Farma (KAEF) Alami Volatilitas, Manajemen Buka Suara!
Ketiga, rencana Menkeu Purbaya menurunkan PPN ke delapan persen. Dari dalam negeri, Purbaya tengah mempertimbangkan penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk memperkuat daya beli masyarakat dan menggerakkan sektor riil. Keempat, harga emas dunia mencatatkan All Time High (ATH) baru.
Proyeksi dan rekomendasi pekan ini
Berbicara tentang potensi market pada pekan ini (20-24 Oktober 2025), Indri mengakui kondisi pasar modal Indonesia masih akan dipengaruhi oleh sentimen yang terjadi pada pekan lalu. Para pelaku pasar kemungkinan besar memanfaatkan kondisi market yang sudah terkoreksi untuk mulai mengoleksi saham-saham bervaluasi menarik.
“Kemungkinan besar, konsentrasi pasar akan cenderung melakukan diversifikasi pengalokasian dana dengan proporsi sebagai berikut alokasi untuk sektor sensitif dengan suku bunga (perbankan, properti, dan infrastruktur), mengambil momentum pada emiten komoditas terutama emas dan memanfaatkan momentum pada saham-saham konglomerasi,” tegas Indri.
Ia menilai IHSG akan bergerak bervariatif cenderung menguat dalam rentang support 7.730 hingga resisten 8.100. Sejumlah sentimen yang diyakini menguatkan IHSG pada pekan ini yakni pengumuman suku bunga Bank Indonesia yang diyakini diturunkan 25 basis poin ke level 4,5 persen, menandakan kelima kalinya bank sentral memangkas suku bunga.
|Baca juga: Dicecar BEI soal Volatilitas Transaksi Saham, Begini Respons Asuransi Ramayana (ASRM)
Selanjutnya ada sentimen data ekonomi Amerika Serikat seperti initial jobless claims diagendakan akan rilis pekan ini secara bersamaan dan tingkat inflasi tahunan Amerika Serikat pada September diperkirakan meningkat tipis ke level tiga persen dari sebelumnya di level 2,9 persen
Berikut rekomendasi dari IPOT:
1. Buy BBCA (Current Price: Rp7.500, Entry: Rp7.500, Target Price: Rp7.800 (+4,0 persen), Stop Loss: < Rp7.350 (-2,0 persen) dan Risk to Reward Ratio = 1 : 2,0)
Saat ini BBCA dalam keadaan low risk dan berpotensi rebound. Asing juga membeli kembali saham BBCA pada akhir pekan lalu.
2. Buy on Breakout BBTN (Current Price: Rp1.140, Entry: Rp1.160, Target Price: Rp1.230 (+6,0 persen), Stop Loss: < Rp1.130 (-2,6 persen), Risk to Reward Ratio = 1 : 2,3)
Potensi rebound dari optimisme pemangkasan suku bunga. Level Rp1.160 menjadi level terbaik untuk mengoleksi BBTN
3. Buy on Pullback INDY (Current Price: Rp2.550, Entry: Rp2.460 hingga Rp2.500, Target Price: Rp2.700 (+9,8 persen), Stop Loss: < Rp2.370 (-3,7 persen), Risk to Reward Ratio = 1:2,7)
Emiten ini buy karena ada optimisme prospek ekspansi renewable energi dan volume transaksi yang meningkat dan stochastic oscillator belum jenuh beli.
4. Buy Obligasi FR0100
Dengan adanya proyeksi pemangkasan suku bunga, harga obligasi berkesempatan mengalami kenaikan harga dan IPOT menilai kondisi saat ini harga obligasi sudah priced in. IPOT merekomendasikan obligasi pemerintah seri FR0100 untuk dikoleksi, mengingat harganya yang masih cukup menarik dibandingkan seri bertenor 10 tahun lainnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News