Media Asuransi, JAKARTA – Karyawan perlu mempersiapkan masa depan dengan berinvestasi. Hasil investasi akan dinikmati saat pensiun dan tidak memberatkan anak saat mereka berkeluarga karena kita sudah punya penghasilan saat pensiun. Berikut instrumen investasi yang bisa dibeli karyawan saat masih aktif bekerja.
Emas
Investasi emas merupakan pilihan cocok untuk karyawan karena nilainya yang pasti naik karena mengikuti nilai inflasi. Sementara dalam sejarahnya di Indonesia inflasi terus terjadi tiap tahun dan hanya sesekali saja deflasi.
Selain mengikuti nilai inflasi, harga emas mengalam kenaikan berkisar 15 persen hingga 20 persen per tahun. Juga emas bersifat likuid, artinya bisa dicairkan sewaktu kita butuh kapan pun karena mudah dijual, baik itu di pegadaian ataupun di toko emas.
Dalam jangka panjang, emas dinilai lebih aman karena emas akan semakin langka. Kelangkaan ini akan menyebabkan harga emas akan terus naik. Kelemahan emas fisik adalah potensi hilang atau dicuri maling.
|Baca juga: Frekuensi dan Nilai Transaksi Harian BEI Meningkat
Reksa Dana
Reksa dana merupakan investasi paling masuk akal dan cocok untuk persiapan pensiun. Masuk akal karena sangat terjangkau. Anda bisa membeli reksa dana mulai Rp100 ribu. Dengan berinvestasi reksa dana berkala per bulan, Anda bisa mendapatkan hasil maksimal dalam kurun waktu 20 tahun dari sekarang.
Investasi reksa dana saham selama 20 tahun dapat menghasilkan akumulasi kekayaan yang signifikan, cocok untuk tujuan seperti perencanaan pensiun, pendidikan, atau penciptaan kekayaan. Kunci suksesnya adalah investasi konsisten dan diversifikasi portofolio
Seorang investor mulai berinvestasi reksa dana saham dengan investasi awal sebesar Rp 10 juta dan terus melakukan investasi bulanan sebesar Rp 1 juta selama 20 tahun. Dengan asumsi imbal hasil rata-rata 10 persen per tahun (yang merupakan rata-rata historis pasar saham), investasi tersebut dapat tumbuh menjadi sekitar Rp 162 juta hingga Rp 246 juta.
Namun risiko di pasar modal, khususnya instrumen saham adalah mengikuti kondisi makroekonomi dan geopolitik. Jika makroekonomi Indonesia bagus maka kinerja saham akan bagus juga di tahun tersebut. Namun jika makroekonomi sedang tidak baik maka return yang didapat juga tidak baik bahkan minus.
|Baca juga: HSBC dan Allianz Life Luncurkan Produk Asuransi Investasi di Malaysia
Saham
Harga saham yang terjangkau juga cocok untuk dikoleksi karyawan untuk investasi. Tentu saham yang jadi pilihan adalah saham berkapitalisasi besar dan mengalami kenaikan konsisten 10-15 persen per tahun. Apalagi saham emiten besar ini memiliki kencenderungan melakukan stock split saat harga sudah terlalu tinggi sehingga tetap terjangkau oleh investor retail.
Salah satu bank terbesar di Indonesia yaitu Bank BCA pernah melakukan beberapa kali stock split. Terakhir, Bank BCA melakukan stock split dengan rasio 1:5 pada tahun 2021. Kala itu, harga saham BBCA berada di kisaran Rp30.000 per saham dan setelah stock split menjadi Rp7.400 per saham.
Namun demikian harus diperhatikan juga bahwa harga saham mengalami fluktuasi, dalam arti bisa saja harga terkoreksi dan mencatat return negatif dalam setahun.
Obligasi
Obligasi atau surat utang jadi pilihan keempat untuk instrumen investasi bagi karyawan. Mengingat instrumen ini paling banyak dikoleksi oleh BPJS Ketenagakerjaan karena sifatnya memberi return cenderung stabil dan dijamin pemerintah (untuk surat utang pemerintah) memberikan rasa aman yang lebih dibandingkan insrumen investasi pasar modal lainnya.
Dari segi nominal harga, surat utang terjangkau bagi karyawan, terutama obligasi retail Indonesia atau ORI yang diterbitkan pemerintah tiap tahun. Kupon yang diberikan obligasi juga lebih tinggi daripada bunga deposito sehingga menarik untuk dibeli investor sebagai instrumen investasi.
Properti
Investasi di properti merupakan pilihan yang di nomor terakhir bagi karyawan karena membutuhkan modal yang cukup besar untuk membeli. Mencicil adalah pilihan umum bagi karyawan untuk memiiki property. Jika Anda sudah lama menjadi karyawan dan memiliki penghasilan yang cukup untuk mencicil rumah, mengapa tidak mencoba jenis investasi yang satu ini.
Investasi properti memiliki sifat yang kurang likuid, karena tidak mudah untuk menjual rumah atau ruko. Calon pembeli juga tidak hanya memperhatikan harga namun juga faktor-faktor lain, seperti lokasi, kenyamanan lingkungan, air bersih dsb. Tentunya jauh lebih susah daripada menjual emas atau reksa dana.
Namun nilai properti sudah pasti naik tiap tahun karena space di bumi tidak bertambah sementara populasi manusia terus bertambah di muka bumi. Apalagi properti di lokasi strategis yang dekat pusat keramaian dan dekat berbagai fasilitas sekolah, Pendidikan, pusat perbelanjaan dan fasilitas kesehatan, kenaikan harganya melebihi properti di lokasi yang kurang strategis,
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News