1
1

5 Pandangan Keliru Tentang Kebebasan Finansial

Iljustrasi. | Foto: linkaja.id

Media Asuransi, JAKARTA – Banyak orang ingin menggapai kebebasan finansial. Apalagi bagi pegawai swasta atau wiraswasta yang memang tidak memiliki uang pensiun seperti pegawai negeri sipil atau pegawai swasta di perusahaan bonafid multinasional yang memang punya program pensiun bagus untuk karyawannya.

Namun sebagian besar orang kadang memiliki pandangan keliru mengenai kebebasan finansial ini. Karena, sesungguhnya, kebebasan finansial bukan hanya tentang menjadi kaya raya atau memiliki banyak uang, tetapi lebih pada bagaimana kita  memiliki kendali atas keuangan dan waktu. Kesalahpahaman ini seringkali membuat orang terjebak dalam mengejar kekayaan semata tanpa benar-benar memahami makna kebebasan finansial yang sebenarnya.

|Baca juga: Ini Alasan Investor Ritel Wajib Memahami Dinamika Ekonomi Global

Berikut adalah beberapa pandangan keliru tentang kebebasan finansial:

  1. Kebebasan finansial sama dengan menjadi miliarder:

Banyak yang berpikir bahwa kebebasan finansial hanya bisa dicapai jika memiliki kekayaan yang sangat besar. Padahal, kebebasan finansial bisa dicapai dengan mengelola keuangan dengan baik, memiliki pendapatan pasif yang cukup untuk menutupi pengeluaran, dan memiliki kendali atas waktu.

  1. Kebebasan finansial sama dengan berhenti bekerja:

Kebebasan finansial kadang diartikan kita berhenti bekerja selamanya dan hidup santai bisa travel kemana pun kita mau, beraktivitas apa saja yang produktif atau tidak produktif, atau aktif di kegiatan sosial. Kebebasan finansial lebih kepada memiliki pilihan untuk bekerja atau tidak bekerja, serta memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan tujuan hidup. Banyak contoh konglomerat yang masih aktif bekerja dari pagi sampai jam 10 malam dalam sehari walau sudah memiliki kebebasan finansial. Sebagian dari mereka ingin mewariskan legacy bukan hanya harta ke keturunannya, tapi ingin mewariskan nilai-nilai kehidupan kepada orang lain.

|Baca juga: Investor Harus Waspadai Faktor Psikologis dalam Pengambilan Keputusan Investasi 

  1. Kebebasan finansial sama dengan bebas belanja:

Kebebasan finansial sering disalahartikan sebagai kebebasan untuk menghabiskan uang tanpa batas. Bila demikian, maka tujuan kebebasan finansial menjadi kabur karena nafsu belanja itu tidak ada batasnya karena merupakan sebuah keinginan daripada kebutuhan dan malah bisa berakhir dengan kemiskinan, banyak utang dan tidak bisa mengelola keuangan. Padahal, kebebasan finansial sejati juga adalah bagaimana mengelola keuangan dengan bijaksana, termasuk menabung, berinvestasi, dan menghindari utang yang tidak perlu.

  1. Kebebasan finansial itu mudah dicapai:

Banyak yang menganggap bahwa mencapai kebebasan finansial itu mudah. Padahal, dibutuhkan perencanaan yang matang, disiplin, dan kerja keras untuk mencapai kebebasan finansial.

Ilustrasi perencanaan matang bisa dilihat dari contoh berikut. Untuk mendapatkan dana pensiun Rp2 miliar di usia 60 tahun maka

Di usia Usia 25 tahun jika Anda berharap Return of Investment (ROI) 10% per tahun dari sebuah reksa dana saham, Anda mungkin perlu berinvestasi sekitar Rp 2.500.000 per bulan untuk mencapai 2 miliar pada usia 60.

Jika Anda berharap ROI 12% per tahun, Anda mungkin perlu berinvestasi sekitar Rp 1.800.000 per bulan.

Atau saat mulai investasi di usia 35 tahun:

  • Jika Anda berharap ROI 10% per tahun, Anda mungkin perlu berinvestasi sekitar Rp 6.000.000 per bulan.
  • Jika Anda berharap ROI 12% per tahun, Anda mungkin perlu berinvestasi sekitar Rp 4.500.000 per bulan.

Mengapa ditambah kata disiplin? Karena Anda harus rutin berinvestasi per bulan, tidak boleh bolong-bolong. Lalu, Anda jug tidak boleh tegoda untuk mengambil hasil investasi ini di pertengahan jalan karena akan mengurangi nilai akumulatif investasi sehingga tidak akan mencapai target nilai investasi.

  1. Kebebasan finansial  merupakan tujuan akhir:

Kebebasan finansial sejatinya bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar, seperti memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, mengejar hobi, atau berkontribusi pada masyarakat.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Investasi Bitcoin Bisa Jadi Solusi di Tengah Tekanan Ekonomi, Kok Bisa?

Member Login

or