1
1

5 Startup Terbesar di Dunia Diserang Gelombang PHK

Group of young Startup coworkers working together to get ideas and marketing at office,Business Startup Diversity Brainstorming Concept

Media Asuransi, JAKARTA – Perusahaan rintisan atau startup di dunia yang telah menyandang status sebagai unicorn jumlahnya makin banyak. Mereka berasal dari berbagai industri dan pasar. Startup unicorn adalah perusahaan swasta yang valuasinya lebih dari US$1 miliar.

Perusahaan analitik bisnis dan basis data global CB Insights melaporkan, pada Juni 2022, ada lebih dari 1.100 unicorn di seluruh dunia.

Baca juga: PM Boris Johnson Lakukan Ini, 38 Menteri Inggris Resign Berjamaah

Mantan unicorn yang populer termasuk Airbnb, Facebook, dan Google. Mereka dinyatakan “lulus” setelah melepas sahamnya di bursa. Selain unicorn ada juga startup decacorn, yakni telah memiliki valuasi senilai lebih dari US$10 miliar, dan hectocorn yang valuasinya senilai lebih dari US$100 miliar.

Startup unicorn dengan valuasi tertinggi di dunia

Berikut ini daftar 5 raja startup unicorn dunia, menurut data dari CB Insights, dikutip Rabu, 6 Juli 2022.

1. ByteDance

Perusahaan asal China yang didirikan oleh Zhang Yimming ini memiliki valuasi US$ 140 miliar atau sekitar Rp2.200 triliun.

ByteDance menawarkan platform konten yang memungkinkan orang untuk menikmati konten yang didukung oleh teknologi AI. ByteDance mengoperasikan selusin produk yang dapat diakses di seluruh dunia termasuk TikTok, Vigo, Toutiao, dan TopBuzz.

Ada beberapa investor yang menjadi penyokong ByteDance yakni Sequoia Capital China,

SIG Asia Investments, Sina Weibo, Softbank Group.

Meski memiliki valuasi yang fantastis, ByteDance tak lepas dari bayang-bayang pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawan.

Baca juga: Kembangkan Bisnis Digital, Rekomendasi Saham MNCN Dipertahankan BUY

Baru-baru ini unit bisnis video game ByteDance terimbas PHK setelah perusahaan mengurungkan rencana ekspansi ke vertikal tersebut lantaran masalah regulasi dan pertimbangan ekonomi. Induk perusahaan TikTok ini juga dilaporkan bakal memecat 3 ribu karyawannya di unit bisnis pendidikan, menurut The Wall Street Journal.

Meskipun demikian, mereka juga terus menambahkan karyawan di beberapa bidang, termasuk metaverse, virtual reality, dan ekspansi lanjutan di luar negeri.

2. SpaceX

Perusahaan milik Elon Musk ini, menurut CB Insight, memiliki valuasi US$127 miliar atau sekitar Rp1.909 triliun dengan jajaran investor seperti Founders Fund, Draper Fisher Jurvetson, Rothenberg Ventures.

SpaceX berfokus pada pembuatan roket ruang angkasa. Mereka mendesain, memproduksi, serta meluncurkan roket dan pesawat ruang angkasa canggih.

SpaceX juga mengembangkan sistem internet broadband latensi rendah untuk memenuhi kebutuhan konsumen di seluruh dunia, yang dikenal sebagai Starlink. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 dan berbasis di Hawthorne, California.

Tiga tahun lalu, Musk dan Presiden Gwynne Shotwell mengumumkan PHK langsung pada saat pertemuan terbuka pada 11 Januari 2019. SpaceX dikabarkan memberhentikan sekitar 10 persen tenaga kerjanya, atau lebih dari 600 karyawan di semua departemennya, demikian menurut laporan CNBC Internasional.

SpaceX mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ada tantangan yang luar biasa sulit di depan, jika perusahaan ingin berhasil mengembangkan pesawat ruang angkasa antarplanet dan internet berbasis ruang angkasa global.

3. Shein

Shein adalah platform e-commerce B2C asal China yang didirikan pada 2008 silam oleh Chris Xu, wirausahawan dengan latar belakang spesialis pemasaran SEO. Perusahaan ini terutama berfokus pada pakaian wanita, tetapi juga menawarkan pakaian pria, pakaian anak-anak, aksesori, sepatu, tas, dan barang mode lainnya.

Apa yang membuat Shein berbeda dengan e-commerce fesyen lainnya adalah kecepatannya dalam merilis produk baru mengikuti tren, termasuk dengan memproduksi fesyen yang serupa dengan produk brand lain yang baru dirilis. Oleh karena itu, model bisnis Shein dikenal sebagai fast fashion.

Shein menargetkan Eropa, Amerika, Australia, dan Timur Tengah bersama dengan pasar konsumen lainnya. Kini ia memiliki valuasi sebesar US$100 miliar atau sekitar Rp1.502 triliun dengan investor yang terdiri dari Tiger Global Management, Sequoia Capital China, Shunwei Capital Partners.

4. Stripe

Stripe adalah perusahaan teknologi keuangan (fintech) yang membangun infrastruktur ekonomi untuk internet. Perusahaan asal Amerika Serikat itu menawarkan platform pemrosesan pembayaran berbasis online yang memberi pedagang online kemampuan untuk menerima pembayaran kartu kredit melalui penggunaan formulir yang dibuat khusus.

Perangkat lunak dan API Stripe memungkinkan pengguna menerima pembayaran, mengirim pembayaran, dan mengelola bisnis secara online. Didirikan pada 2010, Stripe disebut menghasilkan hampir US$12 miliar dalam pendapatan kotor dan US$2,5 miliar dalam pendapatan bersih pada 2021.

Soal valuasi menurut CB Insights, perusahaan ini US$ 95 miliar atau sekitar Rp1.426 triliun dengan investor Khosla Ventures, LowercaseCapital, capitalG. Perusahaan ini didirikan oleh dua bersaudara Patrick dan John Collison.

5. Klarna

Klarna menawarkan solusi pembayaran yang digunakan untuk e-store dan peritel. Inti dari layanan Klarna adalah konsep pembayaran setelah pengiriman, yang memungkinkan pembeli menerima barang pesanan sebelum jatuh tempo pembayaran, model yang dikenal dengan buy now pay later ataup bayar tunda. Pada saat yang sama, Klarna menanggung semua risiko kredit dan penipuan.

Perusahaan ini didirikan pada 2005 dan berbasis di Stockholm, Swedia. Saat ini valuasinya mencapai US$45.6 miliar atau sekitar Rp685 miliar. Dengan investor Institutional Venture Partners, Sequoia Capital, General Atlantic

Baru-baru ini mereka dilaporkan hampir menandatangani putaran pendanaan baru yang akan memangkas valuasi sebesar US$6,5 miliar (Rp97 triliun), atau sekitar 1/7 dari nilai perusahaan pada Juni 2021.

The Wall Street Journal melaporkan, mengutip sumber anonim, bahwa Klarna tengah bernegosiasi untuk mengumpulkan pendanaan sekitar US$650 juta (Rp9,8 triliun).

Didirikan oleh Sebastian Siemiatkowski, Niklas Adalberth, dan Victor Jacobsson, Klarna adalah salah satu raja unicorn yang paling terdampak perlambatan pertumbuhan ekonomi. Bahkan, Klarna harus melepaskan 10% dari total pegawainya yang mencapai 6.500 orang. Aha

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PM Boris Johnson Lakukan Ini, 38 Menteri Inggris Resign Berjamaah
Next Post Pemilik The Alana Jogja IPO, Sahamnya Langsung Meroket 25%

Member Login

or