Media Asuransi, GLOBAL – Clyde & Co menilai tekanan pendapatan investasi dan persyaratan solvabilitas yang lebih ketat pada tahun depan akan mendorong konsolidasi dan peningkatan transfer portofolio perusahaan asuransi jiwa di Asia.
Dalam laporan terbarunya yang dikutip Media Asuransi, Senin 19 Desember 2022, Partner Clyde & Co, Joyce Chan, mengatakan bahwa pada tahun depan kemungkinan akan terlihat peningkatan konsolidasi asuransi, khususnya di antara perusahaan asuransi jiwa, di kawasan Asia.
“Kombinasi kondisi investasi yang sulit dan peningkatan fokus peraturan pada solvabilitas asuransi, terutama di Hong Kong, akan mendorong minat M&A tahun depan dan seterusnya,” tulisnya.
|Baca juga: Risiko Serangan Siber Berpotensi Menjadi Uninsurable
Di Hong Kong, misalnya, pasar asuransi jiwa terdiri dari pemain global besar dan sejumlah perusahaan lokal dan regional. Menurutnya, banyak dari perusahaan regional yang lebih kecil cenderung menjadi target merger dan akuisisi potensial karena kondisi ekonomi, terutama kenaikan suku bunga, membuat pengembalian investasi aset lebih menantang.
Selain itu, rezim peraturan modal berbasis risiko (RBC) yang akan datang yang diharapkan mulai berlaku untuk perusahaan asuransi di Hong Kong pada tahun 2024 mendorong banyak perusahaan asuransi jiwa untuk memeriksa persyaratan solvabilitas mereka.
Aturan RBC tiga pilar sedang dikembangkan sesuai dengan prinsip Asosiasi Pengawas Asuransi Internasional dan akan serupa dengan standar global lainnya seperti Solvabilitas II di Eropa dan Standar Modal Asuransi IAIS.
“Rezim RBC tentu akan menjadi katalisator bagi perusahaan untuk mengkaji ulang strategi dan posisi solvabilitas mereka. Dan juga peningkatan M&A, aturan RBC mungkin akan mendorong beberapa perusahaan asuransi jiwa untuk mempertimbangkan restrukturisasi buku warisan bisnis mereka baik melalui solusi reasuransi transfer portofolio kerugian atau transfer portofolio.”
Sampai saat ini, terang dia, transfer portofolio kerugian belum umum digunakan di Asia, tetapi karena perusahaan mempersiapkan diri untuk persyaratan solvabilitas baru dan bergulat dengan kondisi investasi yang semakin menguji. “Kita dapat berharap untuk melihat peningkatan minat pada jenis transaksi ini saat kita menuju ke 2023 dan seterusnya,” katanya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News