1
1

Asuransi Harus Progresif dan Adaptif

Budi Sartono Soetiardjo Pemerhati Publik & Asuransi. | Foto: doc

Oleh: Budi Sartono Soetiardjo

 

Kegiatan bisnis di berbagai lini kehidupan saat ini berkembang begitu pesat dan sangat dinamis. Bisnis di bidang jasa layanan, termasuk asuransi, tampaknya tak beda jauh dengan perkembangan bisnis di industri manufaktur.

Temuan dan inovasi-inovasi baru membuat bisnis berkembang sangat massif yang menciptakan banyak peluang dan tantangan.

Sebagai contoh, kehadiran teknologi digital. membuat semua pihak terimbas sehingga tercipta banyak peluang dan tantangan bisnis, tak terkecuali industri asuransi. Industri ini melakukan digitalisasi melalui portal insurtech, namun upaya ini tak cukup mendongkrak pasar asuransi.

Perkembangan pasar asuransi di Indonesia, terbilang lambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Penetrasi pasar asuransi Indonesia masih berkutat pada angka tak lebih dari tiga persen, padahal pasar asuransi di Indonesia sangat luas dan potensial untuk digarap.

Pasar asuransi Indonesia masih berkutat pada lini bisnis asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan bermotor, properti, dan kredit.

Permasalahan utama lambatnya pertumbuhan pasar asuransi di Indonesia tak hanya bersumber dari aspek produk yang dihasilkan, namun juga pada faktor progresivitas industri dalam menangkap serta menerjemahkan keinginan, tuntutan serta kebutuhan  masyarakat yang terus berkembang.

Lini bisnis asuransi non saving, berkembang relatif lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Artinya, produk polis asuransi pun setali tiga uang, tak banyak mengalami perubahan.

Dinamika masyarakat memerlukan produk asuransi yang responsif dan akomodatif. Banyak  jaminan tambahan atau perluasan, dibuat tanpa memperhatikan kemampuan masyarakat sehingga polis menjadi mahal dan tidak terjangkau.

Belum atau barangkali tidak terpikir oleh industri ini, bagaimana menciptakan premi asuransi yang murah dan terjangkau. Premi yang terjangkau akan membuat minat masyarakat beransuransi meningkat signifikan.

Polis-polis standar asuransi pun hampir sebagian besar masih jalan di tempat. Tak banyak mengalami perubahan, baik dari segi luas jaminan, risiko sendiri atau potongan klaim hingga ke soal tarif premi.

Para pelaku industri asuransi sering mengeluhkan kondisi pasar yang relatif tumbuh lambat, namun tak pernah mengkaji secara mendalam mengapa semua ini terus terjadi.

Aspek moral, teknis, sosiologis, psikologis, dinamika pasar, tingkat persaingan, kondisi ekonomi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat, hingga ke masalah harga premi, semuanya merupakan persoalan-persoalan mendasar yang harus selalu dicermati dan dievaluasi oleh industri dari waktu ke waktu.

Asuransi harus progresif dan adaptif. Artinya, asuransi harus mampu membaca dan menerjemahkan keinginan, kebutuhan, serta tuntutan masyarakat, dan asuransi harus selalu beradaptasi dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada.

Tumbuh kembangnya industri asuransi tak bisa dilepaskan dari aspek-aspek tersebut.

Perlu diingat, industri asuransi bukanlah sebuah komunitas yang teralineasi dari lingkungannya, atau sebuah ekosistem industri yang hidup bagaikan mercu suar. Asuransi bagian dari sebuah komunitas besar dan beragam yang disebut  masyarakat.

Oleh sebab itu, tak salah apabila konsep bisnis yang berbasis ESG (Enviroment, Social dan Governance), perlu diimplementasikan di industri asuransi, karena prinsip ESG saat ini sudah semakin banyak diminati kalangan industri di berbagai belahan dunia ini.

Bisnis dengan konsep ESG ini tak sekadar berbicara dan berkutat tentang kepentingan dirinya sendiri saja, tapi juga sudah berpikir makro global untuk kepentingan sosial, kepentingan banyak orang dan lingkungan hidup.

Salam,

 

Penulis adalah pemerhati publik & asuransi

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Masih Rawan Koreksi, Berikut 4 Rekomendasi Saham Pilihan dari MNC Sekuritas
Next Post Market Brief: Wall Street Ambruk Dibebani Penurunan Kinerja Saham Tesla

Member Login

or