PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia (ATPI), anak usaha PT Pertamina (Persero), mencatatkan kinerja positif pada 2017. Perseroan berhasil membukukan laba entitas induk (non- konsolidasian) sebesar Rp285,4 miliar pada 2017 atau tumbuh 71,65 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp166,3 miliar.
Presiden Direktur ATPI Indra Baruna mengatakan bahwa peningkatan laba tersebut turut didukung kondisi ekonomi global dan nasional. Tahun lalu, perkembangan industri asuransi umum dan reasuransi masih cukup menantang di tengah perbaikan kondisi ekonomi makro domestik. “Dalam lima tahun terakhir, rata-rata kenaikan laba setelah pajak terjaga di kisaran delapan persen, dua kali lipat dari CAGR kenaikan laba industri. Namun pada 2017 peningkatan laba bersih kami naik 72 persen (yoy),” ungkap Indra Baruna di Jakarta, 5 April 2018.
Indra mengakui, perseroan masih menghadapi sejumlah tantangan sepanjang tahun lalu, terutama terkait kondisi pasar yang belum terlalu kondusif. Dikatakan, banyak proyek migas yang tertunda akibat melemahnya harga minyak dunia pada tahun lalu. Menghadapi kondisi ini, perseroan merumuskan berbagai kebijakan strategis guna meraih setiap peluang dan potensi yang muncul. “Di sektor migas dan energi, perseroan mengoptimalkan sinergi dengan Pertamina Group dan mengawal proyek-proyek Pertamina di luar negeri untuk memperluas pasar non-domestik. Selain itu, manajemen perseroan menerapkan kebijakan yang semakin selektif dalam memilih risiko,” jelasnya.
Direktur Keuangan dan Jasa Korporat ATPI Muhammad Syahid menambahkan, hasil underwriting perseroan naik 35,42 persen dari Rp360,9 miliar di tahun 2016 menjadi Rp488,7 miliar tahun 2016. Hasil investasi meningkat 16,07 persen dari Rp166,8 miliar menjadi Rp193,7 miliar. Kemudian, pendapatan premi neto naik 7,39 persen dari Rp654,4 miliar menjadi Rp702,7 miliar. “Hasil ini merupakan dampak dari kebijakan perseroan yang semakin hati-hati dalam menutup risiko dan peningkatan retensi untuk risiko yang baik,” ungkap Syahid.
Tahun lalu, kondisi finansial perseroan sangat sehat dengan posisi ekuitas meningkat 9,30 persen dari Rp3,4 triliun menjadi Rp3,7 triliun. Rasio solvabilitas (risk based capital/RBC) tercatat sebesar 378,09 persen. “Kondisi ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar klaim para tertanggung,” tutur Syahid.
Pada kesempatan itu, Indra Baruna juga mengatakan, tahun ini perusahaan akan menyeimbangkan portofolio, tidak hanya kepada korporasi besar, juga menyasar pasar medium low hingga ke pasar mikro melalui penjualan ritel. “Kita akan melebarkan sayap ke komersial dan produk mikro untuk segmen tertentu yang bisa dijangkau seluruh masyarakat dengan premi di bawah Rp100.000. Perseroan akan menambah channel distribusi melalui pembukaan kios ATPI di beberapa SPBU milik Pertamina. Hal ini sebagai upaya perusahaan untuk memanfaatkan jaringan bisnis Pertamina yang telah tersebar hingga ke seluruh wilayah di Tanah Air,” jelasnya.
Dengan memanfaatkan Pertamina Group, pihaknya dapat mengembangkan segmen lain di ritel melalui beberapa SPBU milik Pertamina. “Kami bisa menggaet customer Pertamina yang jumlahnya besar. Melalui strategi ini ATPI optimistis dapat meraih pertumbuhan net premi return hingga 15 persen. Selain itu, laba bersih perseroan juga diharapkan tumbuh hingga 15 persen dibandingkan realisasi tahun 2017,” kata Indra. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News