1
1

AXA Mandiri dan AXA Selenggarakan Literasi Keuangan di Pidie Jaya

   AXA Mandiri dan AXA bersama Otoritas Jasa Keuangan Aceh menyelenggarakan kelas literasi keuangan di Desa Cot Meukaso, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, 27 September 2017. Materi literasi keuangan disampaikan oleh Presiden Direktur AXA Asset Management Indonesia Edhi S Widjojo dan diikuti lebih dari 70 warga, sebagian besar ibu rumah tangga. Dalam kesempatan ini, Edhi menyampaikan beberapa pengetahuan pengelolaan keuangan keluarga serta tips untuk mengantisipasi risiko keuangan di masa depan.
   Dia memaparkan lima penyebab masalah keuangan dalam keluarga yang banyak dialami oleh masyarakat, yakni kebiasaan hidup konsumtif dan gengsi, salah kelola arus kas, tidak punya cita-cita, mengalami musibah, dan salah investasi. “Sebagai contoh, untuk mengatasi pola hidup yang konsumtif, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak harus dapat membedakan kebutuhan dan keinginan. Kadang kita tidak dapat membedakannya. Menganggap semuanya dibutuhkan, sehingga dibeli. Padahal sebenarnya itu hanya karena ingin. Gampang untuk membedakannya, kebutuhan itu jika tidak dipenuhi maka akan mengganggu kelangsungan hidup. Sedangkan keinginan, jika tidak dipenuhi maka tidak akan mempengaruhi kehidupan orang tersebut” kata Edhi.
   Mengenai utang, Edhi juga menuturkan bahwa berutang itu boleh saja, namun harus dilakukan dengan bijak. “Satu hal yang dapat dijadikan patokan adalah cicilan per bulannya tidak melebih dari 30 persen pendapatan bulanan,” tegasnya. Lebih lanjut diingatkannya mengenai pentingnya asuransi sebagai perlindungan dari kemungkinan kerugian keuangan akibat terjadinya bencana. “Apa yang perlu diasuransikan? Yang pertama adalah pencari nafkah utama dalamkeluarga, baru kemudian anggota keluarga lainnya. Selain itu yang perlu diasuransikan adalah harta berharga yang dimiliki oleh keluarga.
   Saat menutup paparannya, Edhi S Widjojo mengungkapkan tujuh kunci hidup sejahtera. Pertama, mengelola uang masuk dan mengutamakannya untuk kebutuhan, bukan keinginan. Kedua, memiliki cita-cita yang rinci dan jelas sebagai motivasi dalam mengelola uang. Ketiga, memiliki tabungan untuk dana darurat. Keempat, memiliki proteksi asuransi yang cukup terutama untuk pencari nafkah keluarga. Kelima, utang hanya yang baik dengan total cicilan per bulan tidak lebih dari 30 persen gaji bulanan. Keenam, berinvestasi secara teratur. Ketujuh, beramal secara teratur.
   Sementara itu Chief Corporate Affairs Officer AXA Indonesia Benny Waworuntu saat memberikan sambutan menyampaikan harapannya yakni kegiatan literasi keuangan ini dapat membantu masyarakat ke kehidupan yang lebih baik. Edukasi di bidang keuangan bagi masyarakat ini akan memberikan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan yang sehat. “Literasi keuangan yang kami adakan di Cot Meukaso ini merupakan yang kedua kalinya kami selenggarakan, setelah yang kami adakan di Tangerang awal bulan ini. Kami masih akan menyelenggarakan kegiatan literasi keuangan seperti ini di berbagai tempat,” katanya.
    Harapan yang sama juga disampaikan oleh Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh Achmad Wijayanto Putra saat memberikan sambutan. Menurutnya, kegiatan literasi keuangan yang diinisiasi OJK dan dijalankan bersama lembaga jasa keuangan akan membagikan pengetahuan mengenai cara mengelola keuangan keluarga yang sehat dan aman. “Misalnya dengan menabung di bank. Bagaimana kehidupannya dijamin oleh asuransi.  Bagaimana mendapatkan pembiayaan. Sehingga nantinya bapak-bapak dan ibu-ibu dapat memanfaatkan layanan keuangan dari lembaga-lembaga keuangan yang diawasi oleh OJK,” katanya kepada lebih dari 70 orang peserta literasi keuangan.
   Sementara itu Kasie Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat  Dinkes Pidie Jaya Syafruddin mengingatkan warga Cot Meukaso mengenai pentingnya menjaga gaya hidup sehat. Edukasi kesehatan ini dilakukan AXA Mandiri & AXA bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Aceh dan Dinas Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya, guna mendorong mereka untuk menerapkan gaya hidup sehat. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dikomandoi oleh Kementerian Kesehatan.
    Syafruddin mengingatkan bahwa dalam 30 tahun terakhir ada perubahan penyakit akibat perubahan pola hidup masyarakat. “Sebagai contoh, jika tahun 1990-an yang marak adalah penyakit menular seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), saat ini banyak ditemukan kasus kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung dan stroke. Itu terjadi akibat perubahan pola hidup, misalnya semakin sering atau semakin banyak mengkonsumsi makanan tidak sehat (fast food). Kita tahu makanan fast food itu mengandung banyak zat yang dapat membahayakan kesehatan,” katanya. Pola perubahan perilaku yang tidak sehat juga terjadi dalam bentuk berkurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alcohol. Edi

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peluncuran Produk Sun Life
Next Post Premi Pendapatan Prudential Indonesia di Semester I-2017 Rp13,9 Triliun

Member Login

or