Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh, ada satu aspek krusial yang sering luput dari perhatian yakni kesehatan otak. Otak bukan hanya pusat kendali tubuh, tetapi juga fondasi kognisi, produktivitas, dan kualitas hidup individu.
Menjaga fungsi otak merupakan bagian dari upaya membangun kesejahteraan jangka panjang. Terlebih, kesehatan otak berhubungan erat dengan penyakit stroke, demensia, dan alzheimer yang dapat memengaruhi kemampuan untuk tetap aktif dan mandiri di usia lanjut.
|Baca juga: Bank Permata (BNLI) Cetak Cuan di Semester I/2025, Berikut Rinciannya!
|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Serap 63% Dana Rp55 Triliun untuk Perkuat Industri Padat Karya
|Baca juga: Bank Indonesia Bantah Jual Cadangan Emas 11 Ton
Permata Bank melalui Wealth Wisdom kembali menghadirkan program inspiratif bagi nasabah untuk mewujudkan kesejahteraan holistik, baik finansial, fisik maupun mental. Bertema besar ‘Resilient Wealth, Confident Future‘, sesi Wellness Class: ‘Healthy Brain, Healthy Future‘ di Jakarta mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan otak.
Rector of Atma Jaya Catholic University of Indonesia and Neurologist at Atma Jaya Hospital Yuda Turana membuka sesi dengan menekankan kesehatan otak merupakan investasi yang tidak ternilai. Hal ini karena kesehatan otak berpengaruh langsung terhadap kualitas hidup, produktivitas, dan kemampuan seseorang untuk menikmati hasil kerja kerasnya secara utuh.
“Sebesar apa pun investasi yang dibuat tidak ada artinya jika kita tidak sehat. Maka dari itu, hindari beragam faktor risiko, perbanyak faktor protektif, dan lakukan deteksi dini,” ujar Yuda, dalam Wealth Wisdom 2025 yang digelar Bank Permata, di Jakarta, dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 8 Oktober 2025.
Ia menguraikan sejumlah faktor risiko penurunan fungsi otak seperti hipertensi, diabetes, merokok, stres, obesitas, dan kurang tidur. Menurutnya kebiasaan sederhana seperti tidur cukup, aktif bersosialisasi, berolahraga, serta menjaga asupan nutrisi dapat menjadi faktor protektif penting bagi kesehatan otak.
|Baca juga: Chandra Daya Investasi (CDIA) Optimalkan PLTS untuk Perkuat Pasokan Energi Bersih
|Baca juga: Barito Renewables (BREN) Rampungkan Proyek Retrofit, Perkuat Transisi Energi Bersih RI!
Melengkapi sesi itu, Professor of Neurosurgery Siloam Hospitals Lippo Village & Dean of Pelita Harapan Medical School Eka Julianta Wahjoepramono membagikan pandangannya tentang perkembangan penyakit otak dan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan medis.
Eka menjelaskan penyakit otak dapat dikategorikan menjadi empat kelompok:
- Curable: Dapat disembuhkan melalui intervensi medis (Contoh: Tumor otak jinak seperti Giant Cavernoma).
- Avoidable: Dapat dicegah, seperti stroke yang kerap menyerang karena kurang kontrol tekanan darah.
- Controllable: Masih dapat dikendalikan, seperti Clival Meningioma.
- Uncurable: Tidak dapat disembuhkan, seperti Alzheimer, yang menurunkan kualitas hidup pasien secara signifikan.
Menurutnya pemeriksaan otak seharusnya menjadi bagian dari general check-up, terutama bagi individu usia produktif yang sering mengabaikan gejala awal gangguan neurologis. “Check up your brain. Tanpa pemeriksaan, kita tidak akan tahu apakah otak kita sedang dalam kondisi curable, controllable, atau bahkan sudah berisiko tinggi,” tegas Eka.
|Baca juga: Maybank Indonesia (BNII) Buka Suara soal Kasus Dugaan Penggelapan Rp30 Miliar, Begini Faktanya!
|Baca juga: BI Tegaskan Indonesia Berkomitmen Bangun Sistem Ekonomi Syariah Global yang Berkelanjutan
Dari perspektif finansial, Director Astra Life Stephanie Arvianti Gunadi menyoroti pentingnya perlindungan bagi kesehatan otak dalam perencanaan keuangan jangka panjang. Biaya pengobatan penyakit seperti stroke, demensia, dan alzheimer bisa menjadi beban finansial yang berat, baik bagi individu maupun keluarga.
Perencanaan finansial yang matang diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan keluarga ketika risiko kesehatan terjadi. “Berani bermimpi dan optimistis itu penting, tapi kita juga harus memastikan diri dan keluarga terlindungi. Kesehatan otak termasuk dalam kategori critical illness yang bisa menimpa siapa pun, bahkan di usia produktif,” tukasnya.
“Karena itu, perencanaan finansial yang matang menjadi kunci menjaga stabilitas keuangan keluarga ketika risiko kesehatan terjadi,” pungkas Stephanie.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News