Media Asuransi – Bergabungnnya investor strategis baru yang memiliki reputasi bagus tentu memberikan harapan bakal berdampak positif bagi kinerja bisnis perusahaan. Hal sama juga terjadi pada saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang saat ini dalam proses menyambut datangnya Thai Oil sebagai investor strategis.
Melalui riset Company Update yang dikutip Media Asuransi, Kamis 12 Agustus 2021, analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy, menginisiasi saham TPIA dengan peringkat HOLD pada TP 9.900 (6% potensial kenaikan).
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Menimbang Prospek Profitabilitas ITMG
“Kami menginisiasi Chandra Asri dengan peringkat HOLD pada TP 9.900, yang mengimplikasikan 21,5/19.1x dari rasio EV/EBITDA 21F/22F-nya. Kami memperkirakan bahwa EBITDA 21F Perseroan dapat bertumbuh 201,3% YoY ke US$564 juta (Rp8,17 triliun), karena efek dasar yang rendah pada 2020 dan hasil interim 1H21 yang menggembirakan dengan US$275 juta (Rp4 triliun),” jelasnya.
Meskipun diperdagangkan pada valuasi yang terdiskon dari rata-rata rasio EV/EBITDA-nya dalam 5 tahun terakhir yang tercatat pada 25-26x, Robertus mengatakan bahwa TPIA saat ini dihargai premium apabila dibandingkan dengan emiten global sejenis yang rata-rata diperdagangkan pada 10-11x.
Dia memaparkan bahwa EBITDA semester I/2021 TPIA melonjak 5.400% yoy menjadi US$275 juta dari hanya US$5 juta di semester I/2020 karena efek dasar yang rendah menyusul penurunan 34% pada harga minyak mentah WTI dari US$61/barel pada akhir Desember 2019 menjadi hanya US$40/barel pada akhir Juni 2020.
|Baca juga: Bedah Saham: Meneropong Prospek Kinerja United Tractors (UNTR)
“Saat itu, beberapa harga jual produk petrokimia perseroan turun lebih dalam dari harga minyak acuan. Namun, profitabilitas semester I/2021 TPIA berhasil pulih menyusul rebound harga minyak menjadi US$73,5/barel pada akhir Juni 2021. Rasio cakupan bunga semester I/2021 meningkat menjadi 8,1x dari hanya 2,9/0,2x di FY20/1H20.”
TPIA adalah perusahaan petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia milik Taipan Prajogo Pangestu. TPIA memegang 100% pangsa kapasitas produksi untuk produk ethylene, pygas, crude C4, butadiene, styrene, MTBE, dan butene-1 di Indonesia. Perseroan juga memegang lebih dari 50% pangsa kapasitas produksi LLDPE (67%), polypropylene (63%), karet sintetis (62%), dan HDPE (57%). Sebagai pemimpin pasar di lingkungan pasokan yang terbatas, TPIA memiliki keunggulan untuk menerapkan strategi harga yang lebih baik.
Saat ini, uangkap Robertus, TPIA sedang menyambut datangnya Thai Oil sebagai investor strategis. Thai Oil Public Co Ltd, kilang unggulan PTT Public Co Ltd akan bergabung dengan PT Barito Pacific Tbk, Prajogo Pangestu, SCG Chemicals Co Ltd, dan Marigold Resources Pte Ltd sebagai investor strategis TPIA. Langkah ini akan ditandai dengan salah satu rights issue terbesar di BEI, yang diperkirakan mencapai US$1,1 miliar (Rp15,84 triliun) – subyek terhadap persetujuan OJK.
Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai sebagian dari kebutuhan pendanaan proyek CAP 2 yang diproyeksikan membutuhkan total investasi hingga US$5 miliar. “Diharapkan beroperasi secara komersial pada tahun 2025-2026, proyek ini akan meningkatkan kapasitas produksi TPIA secara signifikan dengan unit cracker, olefin terpolimerisasi, serta fasilitas dan utilitas terkait.”
Lebih lanjut, Robertus menerangkan risiko investasi yang patut diwaspadai saat berinvestasi pada saham TPIA adalah pendapatan 21F/22F yang lebih rendah dari US$2,5 miliar/US$2,8 miliar (Rp37 triliun/Rp41triliun) dan EBITDA 21F/22F yang lebih rendah dari US$564 juta/US$622 juta (Rp8,2 triliun/Rp9 triliun). Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News