Melalui Daily Write Up bertajuk Astra International (ASII IJ) – Anticipating slower growth in the long term despite short-term catalyst from dividend, analis Mirae Sekuritas, Robertus Hardy, menerangkan perseroan mengusulkan pembayaran dividen sebesar Rp552/saham untuk agenda RUPST yang rencananya akan diadakan pada bulan April 2023. “Ini mencerminkan 9,1% dan 9,5% imbal hasil dari harga saat ini dan harga penutupan pada tanggal pengumuman, masing-masing,” katanya.
Menurut Robertus, rasio pembayaran masing-masing mencapai 77,2% dan 74,3% dari laba bersih FY22 dan laba intinya. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata rasio pembayaran 40,8% dan 44,6% dalam 5 tahun fiskal terakhir.
|Baca juga: Astra, Hongkong Land dan LOGOS Bentuk Perusahaan Patungan
Dia menjelaskan laba bersih FY22 dan laba inti melonjak 43,3% dan 48,9% yoy, masing-masing menjadi Rp28,9 triliun dan Rp30,1 triliun, karena profitabilitas yang jauh lebih baik, yang ditandai dengan peningkatan laba kotor dan margin laba operasi 139,9bps dan 306,7 bps yoy, masing-masing. “Hasil aktual ini dianggap selaras dengan proyeksi kami sebelumnya, dengan perbedaan masing-masing hanya 2,0%, 1,7%, dan 0,8% dalam akun pendapatan, laba kotor, dan laba inti,” jelasnya.
Selama pameran IIMS, Robertus melihat peluncuran beberapa seri mobil dan motor baru yang berpotensi menggerus pangsa pasar ASII. Selain beberapa pemain baru di industri sepeda motor listrik yang berpotensi mengganggu dominasi Honda, terangnya, segmen MPV tetap menjadi medan pertempuran utama pabrikan lain untuk menantang kepemimpinan Toyota dan Daihatsu.
Menurut Robertus, dividen yang jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya dapat menjadi katalis re-rating jangka pendek. Oleh karena itu, dia menaikkan TP ASII menjadi Rp6.500 dari Rp5.900. Namun, sambung dia, karena potensi return hanya 7,4% (tidak termasuk dividen) dari harga saat ini, dia mempertahankan rekomendasi Hold untuk ASII.
Dalam jangka panjang, jumlah dividen yang sangat besar ini juga dapat meningkatkan risiko tekanan ke bawah setelah tanggal cum-date. Jika ditambah dengan kemungkinan pertumbuhan penjualan mobil yang lebih lambat karena suku bunga yang lebih tinggi, tidak adanya insentif PPnBM, dan persaingan yang lebih ketat, maka pertumbuhan ke depan akan terbatas. Pangsa pasar mobil ASII turun menjadi 53,9% pada Januari 2023 dari 54,8% yang tercatat di FY22.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News