Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dinilai memiliki banyak potensi sumber pertumbuhan baru seiring dengan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan oleh bank pelat merah tersebut.
Melalui riset Company Update, analis PT Henan Putihrai Robertus Hardy menyatakan pihaknya mempertahankan BBRI dengan peringkat BUY pada TP yang ditingkatkan ke 5150 dari sebelumnya 4820.
“TP terbaru kami menyiratkan 2,75/2,55x dan 30,1/19,5x dari rasio 21F/22F PBV dan P/E, masing-masing,” jelasnya.
Selain kemampuannya untuk tumbuh secara signifikan pada 9M21 PPOP dan Laba Bersih masing-masing sebesar 42% dan 45% YoY – juga karena Beban Bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan Pendapatan Bunganya, Robertus berpendapat bahwa struktur permodalan BBRI yang lebih kuat mengikuti rights issue yang berhasil dan konsolidasi aset Pegadaian dan PNM – berpotensi membuka sumber pertumbuhan baru BBRI di masa depan, terutama dalam melayani kebutuhan pembiayaan debitur mikro dan ultra-mikro Tanah Air.
BBRI baru-baru ini menggelar rights issue senilai Rp95,92 triliun, dimana Rp41,15 dan Rp54,77 triliun di antaranya dalam bentuk dana tunai dari pemegang saham publik dan pengalihan saham Pegadaian dan PNM dari Pemerintah.
Dengan terbentuknya ekosistem ultra mikro ini, dia berpandangan bahwa BBRI akan berperan penting dalam meningkatkan kapabilitas debitur ultra mikro Tanah Air untuk ditingkatkan menjadi golongan mikro dan kecil menengah.
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Kinerja Keuangan BBRI Tertahan
Mempertimbangkan prospek yang menguntungkan dari segmen ini, dimana Margin Bunga Bersih lebih tinggi dibandingkan dengan segmen pinjaman lainnya, dia berpendapat bahwa profitabilitas BBRI memiliki potensi untuk meningkat secara signifikan di masa depan, terutama jika dipasangkan dengan kemungkinan biaya provisi yang jauh lebih rendah. mulai tahun depan, menyusul pemulihan ekonomi yang diantisipasi.
Dalam hal kepatuhan ESG, 65,3% dari portofolio pinjaman BBRI, yang setara dengan Rp607,7 triliun, telah disalurkan ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial.
“Kami juga berpandangan bahwa Perseroan akan memainkan peran kunci dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, mengingat Perseroan aktif berinvestasi di beberapa startup teknologi melalui anak perusahaannya, BRI Ventures.”
Selain Bukalapak (BUKA), beberapa portofolio investasi yang menonjol adalah TaniHub, LinkAja, Modalku, Investree, Brodo, dan Sayurbox.
Pada kapitalisasi pasar saat ini sebesar Rp638 triliun, BBRI memiliki valuasi yang menarik masing-masing hanya 2,3/2.1x dan 25.1/15.9x dari rasio 21F/22F P/BV dan P/E, vs. BBCA sebesar 4,6/4,3x dan 31,7/30.4x, masing-masing.
Pada kuartal III/2021, PPOP BBRI naik 25% QoQ menjadi Rp20,5 triliun, oleh karena itu, PPOP 9M21 sebesar Rp55,7 triliun lebih tinggi 40% YoY, mencerminkan 72% run-rate dari perkiraan Robertus sebelumnya atau relatif selaras.
Laba Bersih 3Q21 sebesar Rp6,8 triliunn meningkat 20% QoQ, sehingga Laba Bersih 9M21 sebesar 19,26 triliun juga meningkat 36% YoY. Namun, pencapaian Laba Bersih ini di bawah run- rate yang diharapkan, oleh karena itu, Robertus merevisi proyeksi Laba Bersih BBRI 21F menjadi Rp25,44 triliun karena Laba Bersih BBRI 9M21 saat ini mencerminkan 75,7% dari run-rate terhadap perkiraan.
Meskipun Pendapatan Bunga hanya 6% YoY lebih tinggi, Pendapatan Bunga Bersih BBRI 9M21 masih berhasil tumbuh sebesar 28% YoY menjadi Rp71,7 triliun karena penurunan 21% YoY pada Beban Bunga.
|Baca juga: MARKET REVIEW: Saham Emiten Bank Jadi Incaran
Portofolio kredit BBRI September 2021 tumbuh 6,1% YoY menjadi Rp931,1 triliun, terutama didorong oleh segmen kredit Mikro yang berhasil tumbuh sebesar 15,5% YoY menjadi Rp379,7 triliun.
Saat ini, 80,5% portofolio kredit BBRI berasal dari kategori UMKM, dari hanya 79,2% pada September 2020. NPL Bruto 3,28% vs. 3,12% di 9M20, dengan cakupan yang lebih tinggi sebesar 253% vs 203% di 9M20.
Dana Pihak Ketiga tumbuh tipis sebesar 0,3% YoY menjadi Rp1135,3 triliun. Rasio CASA sedikit meningkat menjadi 59,6%, dari 59% di 9M20. Likuiditas yang cukup ditunjukkan oleh LDR yang lebih tinggi sebesar 83,3% vs 82,6% yang tercatat di 9M20. Net Interest Margin (NIM) naik menjadi 6,9% dari 5,6% yang tercatat di 9M20.
Adapun risiko investasi yang patut diwaspadai investor dalam berinvestasi di saham BBRI adalah pertama, Pendapatan Bunga Bersih 21F/22F lebih rendah dari perkiraan sebesar Rp96,7 triliun/Rp104,8 triliun. Kedua, Provisi Rugi Pinjaman 21F/22F yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar Rp42 triliun/Rp29,6 triliun. Ketiga Laba Bersih 21F/22F lebih rendah dari perkiraan Rp25,4 triliun/Rp40,1 triliun.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News