Melalui Daily Write Up bertajuk Vale Indonesia (INCO IJ)- 1H22 result review: Robust earnings driven by favorable nickel prices, analis Mirae Sekuritas Juan Harahap memaparkan bahwa INCO membukukan pendapatan 2Q22 sebesar US$329 juta (+40,1 QoQ; +58,1% YoY), menjadikan angka kumulatif US$565 juta (+36,1% YoY) di 1H22 yang sejalan dengan perkiraan Mirae dan konsensus di 54,9% dan 47,2%, masing-masing.
|Baca juga: Vale (INCO) Bukukan Kenaikan Laba 22% pada Kuartal II/2022
Dari sisi operasional, terang Juan, produksi turun menjadi 12.567 ton (-9,1% QoQ; -16,5% YoY) di 2Q22. Penurunan ini didorong oleh pembangunan kembali proyek tungku 4 dari Desember 2021 hingga Juni 2022. Angka 2Q22 yang lebih rendah membawa produksi operasional 1H22 menjadi 26.394 ton (-12,7% YoY). Karena pembangunan kembali proyek tungku 4 telah selesai, kami memperkirakan INCO akan membukukan angka operasional yang lebih kuat di 2H22 dengan produksi 65k ton pada 2022F.
Juan memperkirakan harga nikel rata-rata global untuk 2022F dan 2023F masing-masing sebesar US$25.200 per ton dan US$23.500 per ton. Perlu diketahui, per 6M22, rata-rata harga nikel global tercatat sebesar US$27.540 per ton. Juan memperkirakan harga nikel yang lebih rendah pada tahun 2023 karena pasokan nikel baru yang cukup besar dari Indonesia bersama dengan investasi besar dalam kapasitas produksi baru. Oleh karena itu, Juan memperkirakan laba bersih INCO 22F dan 23F masing-masing sebesar US$334 juta dan US$339 juta.
Juan mempertahankan panggilan Beli saham INCO dengan target harga yang lebih tinggi sebesar Rp8.000/saham (sebelumnya: Rp7.000/saham). “TP kami didapat menggunakan metode campuran metode penilaian EV/EBITDA yang sama dengan target ganda FY23F EV/EBITDA sebesar 11,6x (SD dari rata-rata 4 tahun) dan metode penilaian FCFE (biaya ekuitas: 15,4%; pertumbuhan terminal: 3%).”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News