1
1

BEDAH SAHAM: Menggali Prospek PTBA

Media Asuransi – Meski mengalami penurunan tajam perolehan laba bersih selama 9 bulan 2020, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dinilai masih prospektif untuk dikoleksi karena perseroan merencanakan pembagian dividen dengan rasio pembayaran hingga 75 persen. 

BEDAH SAHAM: Meramal Efek Ekspansi PGAS

Senior Manager Research Analyst PT Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, profitabilitas yang lebih rendah mendorong laba bersih 9 bulan 2020 emiten berkode saham PTBA itu turun 44 persen yoy, meskipun pendapatan hanya turun 21 persen yoy.

“Pendapatan kuartal III/2020 sedikit turun, 1,4 persen qoq menjadi Rp3,84 triliun dari Rp3,89 triliun di kuartal II/2020. Namun, beban umum dan administratif yang lebih rendah secara signifikan berhasil meningkatkan marjin laba operasi PTBA kuartal III/2020, menghasilkan laba bersih yang 14 persen yoy lebih tinggi menjadi Rp439 miliar, dari hanya Rp386 miliar pada kuartal II/2020,” katanya dalam KS Company Update yang dikutip Media Asuransi, Senin, 9 November 2020. 

Dia menjelaskan, secara kumulatif 9 bulan 2020, pendapatan PTBA turun 21 persen yoy menjadi Rp12,85 triliun, dari Rp16,25 triliun di 9 bulan 2019, menyusul penurunan 10 persen yoy dalam volume penjualan, menjadi hanya 18,6 juta ton dari 20,6 juta ton, dan ASP yang turun 12 persen yoy menjadi hanya Rp680.000/ton dari 776.000/ton. 

“Penurunan laba kotor dan margin laba operasi yang cukup besar kemudian menekan laba bersih turun 44 persen yoy, menjadi hanya Rp1,73 triliun, dari Rp3,1 triliun”.

Menurutnya, pencapaian pendapatan dan laba bersih ini berada di bawah perkiraan Kresna Securities sebelumnya, masing-masing hanya 70 persen dan 64 persen dari rasio berjalan. Profitabilitas yang semakin menipis secara signifikan ini akan mendorong perseroan untuk melakukan langkah-langkah efisiensi.

Langkah efisiensi tersebut antara lain, memotong nisbah kupas, diharapkan mencapai 4,3 kali pada full year 2020, dari 4,4 X pada 9 bulan 2020. Selain itu, PTBA juga sedang bernegosiasi dengan pihak ketiga yang terlibat dalam jasa pertambangan dan logistik kereta api, untuk menurunkan tarif masing-masing di saat harga batu bara sedang merosot seperti sekarang ini.

Manajemen telah merilis update terkini mengenai proyek batu bara menjadi DME yang akan dikembangkan oleh Pertamina dan Air Products di Tanjung Enim, di mana PTBA hanya akan bertanggungjawab untuk pengadaan hingga 6 juta ton batu bara setiap tahun dan tidak akan mencairkan belanja modal apapun untuk proyek ini. “Namun, perseroan akan memiliki kesempatan untuk memperoleh sejumlah saham, setelah proyek ini beroperasi secara komersial, dijadwalkan untuk kuartal kedua 2024,” jelas Robertus.

Sementara itu, untuk pembangkit listrik 2×620 MW yang dikembangkan bersama Huadian (China), PTBA saat ini sudah mencapai 55 persen penyelesaian konstruksi. Fasilitas ini diharapkan mengkonsumsi hingga 5,4 juta ton batu bara setiap tahun pada saat beroperasi penuh, yang diproyeksikan pada kuartal pertama tahun 2022.

Rekomendasi

“Mengingat pencapaian 9 bulan 2020 ini, kami merevisi proyeksi laba bersih PTBA full year 2020 menjadi Rp2,19 triliun, dari sebelumnya Rp2,72 triliun. Namun, mengingat manajemen menyarankan kemungkinan rasio pembayaran dividen 75 persen, kami berpendapat bahwa PTBA saat ini diperdagangkan dengan valuasi yang menarik sebesar 7,4 persen dari potensi imbal hasil dividen,” ungkap Robertus.

Oleh karena itu, sambungnya, mengingat posisinya yang strategis sebagai distributor batu bara utama untuk perusahaan listrik negara (PLN), suatu pengaturan yang memastikan permintaan domestik yang stabil, kami mempertahankan peringkat BUY untuk PTBA, pada target harga sebesar Rp2.450 (23 persen potensi kenaikan), menyiratkan 12,5/12,7x dan 7,9/7,9x dari rasio 20F/21F P/E dan EV/EBITDA masing-masing. “Target harga terbaru kami lebih tinggi dari Rp2.275 sebelumnya, karena penilaian ulang pada kelipatan penilaian kami dari sebelumnya 9,6/9,9x dan 5,6/5,8x dari rasio 20F/21F P/E dan EV/EBITDA masing-masing”.

Adapun risiko-risiko investasi yang patut diperhatikan investor apabila ingin mengoleksi saham PTBA adalah: pertama, ASP yang lebih rendah dari 670.000-700.000/ton tahun ini. Kedua, volume produksi dan penjualan yang lebih rendah dari 24,9 juta dan 25,1 juta ton tahun ini, masing-masing. Ketiga, Rasio pembagian dividen yang lebih rendah dari 75 persen. ACA

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BCA Gelar Webinar untuk UMKM
Next Post Setelah Menguat 3 Hari Berturut-turut, IHSG Berpotensi Terkoreksi

Member Login

or