Media Asuransi – Langkah PT Bank Mendiri (Persero) Tbk dalam mengembangkan ekosistem digital melalui aplikasi Livin 2.0 dinilai berdampak positif bagi kinerja keuangan emiten yang berkode saham BMRI tersebut di tengah massifnya pengembangan eksosistem digital di industri perbankan Tanah Air.
Melalui Henan Putihrai Sekuritas Company Update yang dikutip Media Asuransi, Senin, 10 Mei 2021, analis Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanaur Hardy, menjelaskan bahwa keputusan Bank Mandiri untuk mengembangkan ekosistem digital melalui aplikasi ‘Livin 2.0’ berpotensi meningkatkan efisiensi operasional lebih lanjut. Hal ini diperkirakan dapat meningkatkan marjin PPOP, yang pada kuartal I/2021 telah tumbuh menjadi 57,2% terhadap pendapatan bunga dan syariah, dari hanya 56,1% yang tercatat di kuartal I/2020.
Baca juga: Sepanjang Pekan Lalu IHSG Terkoreksi 1,12 Persen
“Kami menginisiasi BMRI dengan peringkat BUY pada TP 7.350, yang mengimplikasikan 1.7/1.6x dan 3.0/4.5% dari rasio PBV dan dividend yield pada 21F/22F, masing-masing. Kami berpandangan bahwa meskipun perseroan hanya memiliki kurang lebih 35% eksposur kredit ke golongan ritel,” jelasnya.
Dia menjelaskan, BMRI berencana meluncurkan aplikasi ‘Livin 2.0’ pada kuartal IV/2021, yang merupakan penyempurnaan dari aplikasi ‘Livin 1.0’ yang sebelumnya bernama aplikasi ‘Mandiri Mobile’. Aplikasi ini direncanakan untuk memiliki fitur yang tidak terbatas hanya pada pembukaan tabungan, pembayaran QR, asuransi, investasi, pembiayaan konsumen, dan pendaftaran kartu kredit saja, tetapi juga akan dilengkapi dengan fitur ‘Pay Later’.
“Kami berpandangan bahwa BMRI memiliki ‘Big Data’ yang tidak kalah unggul daripada yang dimiliki oleh para bank digital yang baru-baru ini banyak bermunculan dengan permodalan yang lebih kecil.”
Baca juga: NH Sekuritas: IHSG Cenderung Melemah
Pinjaman berbasis payroll dan ‘KUR’ yang merupakan 50% dari kredit segmen ritel perseroan adalah hasil dari pengembangan jaringan grup BMRI, yang memiliki 10 anak usaha, dengan puluhan BUMN dan korporasi swasta yang selama ini menjadi debitur wholesale perseroan.
Menurut Robertus, produk-produk ini diyakini dapat memiliki penetrasi yang lebih dalam lagi di masa depan dengan dukungan tim khusus yang bernama ‘Enterprise Data Management’ (EDM) Group, yang terdiri dari 4 divisi inti: data management, information management, business analytics, dan campaign.
Nilai transaksi pada aplikasi ‘Livin 1.0’ pada kuartal I/2021 telah tumbuh menjadi Rp341 triliun dari Rp234 triliun pada kuartal I/2020, mengungguli nilai transaksi pada ATM yang turun menjadi hanya Rp200 triliun dari 280 triliun. Jumlah pengguna aktif naik menjadi 4,95 juta dari 4,54 juta dan 3,55 juta pada kuartal IV/2020 dan kuartal I/2020, masing-masing.
Baca juga: MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 10 Mei 2021
Lebih lanjut, Robertus menerangkan bahwa BMRI berinvestasi pada Bukalapak melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang merupakan anak usahanya, setelah sukses menjual ‘Mokka’ ke ‘Go-Jek’ seharga US$130 juta pada April-2020 dan IPO ‘Cashlez’ di IDX pada Mei-2020 dengan market cap mencapai US$45 juta. MCI saat ini juga memiliki investasi pada sejumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi keuangan seperti ‘Amartha’, Koinworks’, dan ‘Investree’ yang diperkirakan dapat semakin menumbuhkan valuasi perseroan dan meningkatkan integrasi ekosistem digitalnya.
Dari sisi kinerja keuangan, laba bersih kuartal I/2021 turun 25,2% YoY menjadi Rp5,92 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan beban provisi hingga 55,4% YoY menjadi Rp5,41 triliun. Namun, laba operasional sebelum provisi (PPOP) tercatat masih tumbuh tipis 1,8% YoY menjadi Rp14,12 triliun. Kredit tumbuh 9,1% YoY menjadi Rp984,86 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) melonjak 25,5% YoY menjadi Rp1181,32 triliun.
Likuiditas meningkat, yang ditandai oleh LDR yang turun menjadi 81,1% dari 94,9% dan 83,0% pada kuartal I/2020 dan kuartal IV/2020, masing-masing. Profitabilitas sedikit menurun secara yoy menyusul NIM yang turun menjadi 5,1% dari 5,4% pada kuartal I/2020, tetapi masih lebih baik secara qoq dibanding 4,47% yang tercatat pada kuartal IV/2020. NPL naik menjadi 3,15% dari 2,36% dan 3,09% pada kuartal I/2020 dan kuartal IV/2020, masing-masing.
Adapun risiko-risiko investasi yang patut diwaspadai saat berinvestasi pada saham BMRI adalah: 1) Pendapatan bunga bersih yang lebih rendah dari Rp70,91 triliun/Rp74,33 triliun pada 21F/22F. 2) Laba bersih yang lebih rendah dari Rp25,65 triliun/Rp27,57 triliun pada 21F/22F. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News