1
1

BEDAH SAHAM: Menilik Prospek RS Hermina (HEAL) Pascapandemi

Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja PT Medikalola Hermina Tbk (HEAL) pascapandemi Covid-19 diperkirakan masih berpeluang mencapai pertumbuhan dua digit di masa depan seiring dengan rencana ekspansif perseroan.

Melalui riset Company Update, analis PT Henan Putihrai Jono Syafei mempertahankan HEAL dengan peringkat BUY, tetapi pada TP yang diturunkan menjadi 1,320 dari sebelumnya 1,470, karena kinerja 3Q21 yang lebih rendah dari perkiraan meskipun EBITDA 9M21 mencerminkan 80.5% dari run-rate terhadap estimasi FY21 sebelumnya.

“TP terbaru kami mencerminkan 9.2/10.5x dari rasio EV/EBITDA 21F/22F dan Rp3,7 miliar dari rasio EV/tempat tidur.”

Terlepas dari kemungkinan Pendapatan dan Profitabilitas yang lebih rendah pasca wabah Covid-19, dia berpandangan bahwa keunggulan kompetitifnya sebagai penyedia layanan kesehatan yang terjangkau akan terus mendukung pemulihan pertumbuhannya kembali menjadi dua digit di masa depan.

“Terutama jika dipasangkan dengan rencana ekspansi agresif untuk mengoperasikan 3-4 rumah sakit baru setiap tahun dan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan layanan lanjutan di bawah Center of Excellence (CoE).”

Jono juga berpendapat bahwa program buyback saham saat ini dapat membantu menstabilkan volatilitas ke depan.

Saat ini HEAL diperdagangkan pada valuasi yang menarik hanya 7.2/8.1x dari rasio EV/EBITDA 21F/22F dengan ROE 3Q21 sebesar 35.9%, vs MIKA pada 16.1/17.3x dari rasio EV/EBITDA 21F/22F dengan ROE 3Q21 hanya 24.8%.

|Baca juga: Hermina Bakal Buyback, Harga Saham HEAL Melonjak

Pendapatan HEAL pada 3Q21 sebesar Rp1,53 triliun sedikit lebih tinggi dari yang tercatat pada 2Q21 sebesar Rp1,51 triliun karena ASP yang lebih tinggi, meskipun jumlah hari rawat inap dan kunjungan rawat jalan yang lebih rendah.

Margin Laba Kotor, EBITDA dan Laba Bersih masing-masing turun menjadi 50%, 36.7% dan 14.9%, dari yang tercatat pada 2Q21 masing-masing sebesar 51.4%, 39.4% dan 17.3%, karena biaya yang lebih tinggi dan implementasi ‘tanpa batas obat’ untuk pengobatan Covid selama wabah varian Delta.

Namun, secara kumulatif, Pendapatan 9M21 masih melonjak 60.5% YoY menjadi Rp4.6 triliun dengan profitabilitas yang lebih baik, terutama karena ASP dan jumlah hari rawat inap yang lebih tinggi, sementara kunjungan rawat jalan hanya sedikit lebih tinggi karena masyarakat masih khawatir untuk mengunjungi rumah sakit selama pembatasan sosial.

Margin Laba Kotor, EBITDA dan Laba Bersih masing-masing naik menjadi 52.4%, 40.2% dan 16.7%, dari yang tercatat pada 9M20 masing-masing sebesar 45.4%, 27.2% dan 9.1%.

Kami mengadakan panggilan konferensi dengan manajemen HEAL dengan kesimpulan sebagai berikut:”

Pertama, kontribusi pendapatan dari pasien terkait covid diperkirakan turun menjadi hanya 10% pada 4Q21 meskipun sempat melonjak pada 3Q21 dan 2Q21 masing-masing menjadi 48% dan 39%.

Kedua, perseroan menargetkan Pendapatan 21F mencapai Rp5,5 triliun, yang 25% YoY lebih tinggi.

Ketiga, margin EBITDA pasca-covid diperkirakan akan berada di kisaran 33%-34% karena strateginya untuk mengurangi biaya, terutama dari listrik dan obat-obatan konsumsi. Perseroan juga berencana untuk meningkatkan adopsi TI ke jaringan 42 rumah sakit dari hanya 10 yang saat ini sudah menerapkan sistem TI terbaru.

|Baca juga: Peringkat RS Hermina (HEAL) Ditegaskan idAA- dengan Prospek Stabil

Keempat, strategi pascapandemiHEAL berencana untuk mengoperasikan 3-4 rumah sakit baru setiap tahun dan terus meningkatkan layanan lanjutan di bawah Center of Excellence (CoE).

Perseroan saat ini sedang dalam proses untuk menyelesaikan pembangunan rumah sakit Cilegon dan Soreang yang diharapkan akan beroperasi penuh masing-masing pada 4Q21 dan 1Q22. CoE untuk kanker (Bekasi), cardiac (Depok), dan gastrologi (Daan Mogot) diharapkan dapat beroperasi penuh masing-masing pada 4Q21, 1H22, dan 2H22.

Kelima, saat ini perseroan menyediakan tempat tidur Covid sebanyak 1.000 dengan tingkat keterisian 20%-30%, untuk mengantisipasi gelombang ketiga. Tempat tidur ini akan dikonversi kembali ke tempat tidur non-Covid jika tingkat keterisian non-Covid telah mencapai 75%.

Keenam, per 1 Oktober, Kementerian Kesehatan mengubah prosedur penggantian biaya Covid menjadi per kasus, dari sebelumnya per malam. Hal ini akan membatasi rumah sakit untuk hanya merawat pasien dengan gejala menengah hingga berat, sementara pasien dengan gejala ringan diharuskan mengisolasi diri di rumah.

Ketujuh, persentase laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk diperkirakan akan meningkat sebesar 1-2% setiap tahun mencapai 85% pada tahun 2026, karena perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kepemilikan di anak perusahaan.

Kedelapan, perseroan berencana mengalokasikan Rp50 miliar untuk buyback hingga 40 juta saham dengan harga maksimal 1,450, mulai dari 8 November hingga 24 November 2021.

Adapun risiko investasi yang perlu diwaspadai adalah pertama, EBITDA 21F/22F yang lebih rendah dari perkiraan sebesar Rp2,2 triliun/Rp1,9 triliun. Kedua, jumlah hari rawat inap 21F/22F yang lebih rendah dari perkiraan sebesar 1,0 juta/1,1 juta. Ketiga, jumlah kunjungan pasien rawat jalan 21F/22F yang lebih rendah dari perkiraan sebesar 4,4 juta/4,7 juta.

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Masih Berpotensi Menguat
Next Post Sleek Raih US$14 Juta dari Pendanaan Seri A

Member Login

or