Media Asuransi – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) baru saja mengumumkan perolehan laba sebesar Rp14,5 triliun pada paruh pertama 2021, lalu bagaimana prospek kinerja sahamnya di lantai Bursa Efek Indonesia?
Melalui Company Updates yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 23 Juli 2021, Analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy mempertahankan peringkat BUY pada target harga Rp37.500 atau tidak berubah (22% potensi kenaikan).
“Kami mempertahankan peringkat BUY untuk BBCA pada TP tidak berubah 37.500, menyiratkan 4,6/4,3x dan 1,40/1,43% dari PBV dan imbal hasil dividen 21F/22F, masing-masing,” jelasnya.
|Baca juga: Hensel Davest Indonesia (HDIT) Gencar Kembangkan Bisnis Fintech
Selain kemampuannya untuk meningkatkan PPOP dan laba bersih semester I/2021 secara signifikan masing-masing sebesar 13,4% dan 18,1% yoy (year on year) di tengah restrukturisasi kredit yang masih berlangsung, Robertus berpendapat bahwa likuiditas BBCA yang masih cukup besar mencapai 62,4% LDR dengan hanya 1,1% Cost of Fund – dapat disalurkan lebih jauh ke dalam pinjaman dan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
“Kami juga berpandangan bahwa rasio CASA yang unggul dibandingkan emiten lain sejenis_yang mencapai 77,9% pada 1H21_berpotensi menurunkan liabilitas bunganya dibandingkan dengan bank-bank BUKU IV lainnya.”
Selain sukses meluncurkan aplikasi seluler Blu by BCA Digital (anak perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Royal), BBCA baru-baru ini meluncurkan aplikasi seluler MyBCA sebagai langkah awal menuju aplikasi super yang direncanakan dapat mendigitalkan merchant-nya. “Oleh karena itu, kami berpandangan bahwa pendapatan non-bunga BBCA berpotensi tumbuh lebih tinggi di masa mendatang.”
|Baca juga: Peringkat Telkom (TLKM) Ditegaskan idAAA Stabil
Dalam hal kepatuhan ESG, 23,0% dari portofolio pinjaman BBCA, yang mencapai Rp136,2 triliun (+19,1% yoy), telah disalurkan ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Laba bersih semester I/2021 berhasil tumbuh 18,1% yoy mengikuti kenaikan PPOP yang mencapai 13,4% yoy dan penurunan Opex yang mencapai 12,1% yoy.
Pendapatan bunga bersih BBCA pada semester I/2021 masih berhasil tumbuh sebesar 3,8% yoy menjadi Rp14,13 triliun, meskipun saldo pinjaman & obligasi korporasi hanya naik 0,9% yoy ke Rp617,58 triliun. Segmen kredit korporasi sedikit tumbuh, yakni 1% yoy menjadi Rp260,45 triliun, tetapi masih lebih rendah 0,8% qoq (quarter on quarter). Komersial & UKM sedikit turun 1% yoy menjadi Rp182,79 triliun, tetapi masih lebih tinggi 2,1% qoq. Konsumen (KPR, kendaraan, dan kartu kredit) sedikit turun 1% yoy menjadi Rp144,44 triliun, tetapi masih lebih tinggi 3,6% qoq. Sektor perdagangan dan manufaktur mendominasi kredit usaha BBCA dengan porsi masing-masing sebesar 22,5% dan 22,6%. Total aset tumbuh 15,8% yoy menjadi Rp1.129,50 triliun.
Pendapatan non bunga dari pendapatan perdagangan, fee & komisi, dan lainnya sedikit turun sebesar 1,2% yoy menjadi Rp10,21 triliun, setara dengan 27% dari total pendapatan top-line BBCA. NPL Bruto sedikit naik menjadi 2,4% dari 2,1% di semester I/2020, diikuti oleh cakupan yang lebih tinggi sebesar 230,6% vs 204,5% di semester I/2020.
|Baca juga: BCA Bukukun Laba Rp14,5 Triliun di Semester I/2021
Laba operasional pra-provisi (PPOP) berhasil tumbuh 13,4% yoy menjadi Rp24,26 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada top-line nya, karena beban operasional yang lebih rendah 12,1% yoy. Laba bersih berhasil tumbuh 18,1% yoy menjadi Rp14,46 triliun, karena dasar yang rendah pada kuartal II/2020 setelah adanya pembebanan biaya provisi yang jauh lebih tinggi pada saat itu. “Pendapatan bunga bersih/laba bersih BBCA pada semester I/2021 ini mencerminkan 50,8/52,0% run-rate dari perkiraan 21F kami, relatif sejalan.”
Adapun risiko-risiko investasi yang patut diwaspadai saat berinvestasi pada saham BBCA adalah pertama, pendapatan bunga bersih yang lebih rendah dari Rp55,64 triliun/Rp55,79 triliun pada 21/22F. Kedua, laba bersih yang lebih rendah dari Rp27,78 triliun/Rp27,84 triliun pada 21F/22F. Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News