1
1

Benarkah AI dan Analitik Data Dapat Rugikan Hasil Klaim?

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Seiring semakin disempurnakannya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan analitik data yang diadopsi di berbagai industri pada akhirnya terbukti menimbulkan masalah bagi asuransi. Hal itu karena teknologi tersebut diadopsi oleh para penggugat.

“Saya melihat bahwa para penggugat semakin canggih, mencari tahu bagaimana cara menggunakan data, menggunakan AI, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi pelanggan mereka,” kata CEO Counterpart Tanner Hackett, dikutip dari laman Insurance Business, Selasa, 9 Januari 2024.

|Baca: AM Best Prediksi Modal Reasuransi Kembali ke US$561 Miliar di 2024

Hackett menunjukkan bahwa masih ada perlambatan dalam menggunakan teknologi untuk merampingkan dan memperkuat departemen klaim. “Saya belum melihat investasi yang telah dilakukan oleh distribusi untuk membangun API dan antarmuka front-end untuk membuat pengalaman UX yang lebih baik bagi pelanggan,” katanya.

Menciptakan proses klaim lebih canggih

Meskipun Hackett telah menyaksikan beberapa upaya bersama dari para operator untuk menciptakan proses klaim yang lebih canggih, namun hal ini masih tertinggal dari para penggugat dan terlalu terkait dengan departemen lain.

“Saya pikir ada banyak tumpang tindih antara klaim dan penjaminan agar efektif di pasar yang bergejolak ini. Kita memasuki tahun dengan volatilitas tinggi dengan adanya konflik global, tren makroekonomi saat ini, dan dengan siklus pemilihan umum yang akan datang,” ucapnya.

“Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan iterasi yang lebih cepat, dan satu-satunya cara untuk melakukan iterasi yang lebih cepat adalah dengan mendapatkan sinyal data yang lebih baik dan lebih awal,” tambahnya.

Hackett juga berbicara tentang mengapa pialang merupakan bagian penting dari teka-teki asuransi untuk menciptakan pengalaman yang lebih percaya bagi pelanggan dan mengapa operator mungkin ingin melakukan lebih banyak kemitraan/akuisisi teknologi karena MGA menjadi lebih maju.

“Tidak ada kepercayaan antara perusahaan asuransi dan bisnis kecil,” tuturnya.

|Baca: Pembukaan Perdagangan: IHSG Menguat, 175 Saham Menghijau

Sebelum memulai Counterpart, Hackett mengaku telah memiliki beberapa bisnis kecil. Sang CEO mencatat perusahaan asuransi dapat menjadi sekutu yang berharga bagi pemilik bisnis karena kemampuan mereka untuk menangani hasil yang merugikan.

Menurutnya hal ini bisa menjadi kondisi yang sangat rumit, dan beberapa risiko bisa jadi sangat penting bagi perusahaan yang lebih kecil. Namun, ada hubungan yang besar antara tertanggung dan perusahaan asuransi mereka.

“Tidak ada kepercayaan antara perusahaan asuransi dan usaha kecil. Saya tidak menyalahkan mereka. Tidak pernah ada (di sana). Tidak pernah terasa seperti kemitraan sebelumnya,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Venteny Kuasai 30% Saham PT Digitalisasi Perangkat Indonesia
Next Post Waspada! Tantangan dan Risiko Masih Menghadang Pasar Asuransi di 2024

Member Login

or