1
1

BI Dinilai Tak Perlu Menaikkan Suku Bunga Acuan untuk Ikuti The Fed

Pegawai Bank Indonesia keluar dari gedung Bank Indonesia | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia dinilai tidak perlu menaikkan suku bunga acuan meski Bank Sentral AS The Fed baru saja menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke rentang 5,25%-5,5%.

Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Tracker – Global market updates: The Fed’s next move to depend on data, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan sesuai ekspektasi, The Fed menaikkan FFR sebesar 25 basis poin ke rentang 5,25%-5,5%. Selain itu, FOMC juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan pada bulan September untuk melawan inflasi yang terus meningkat.

|Baca juga: The Fed Tingkatkan Suku Bunga Ke Level Tertinggi Dalam 22 Tahun Terakhir

“Menurut pendapat kami, langkah Fed selanjutnya, apakah itu kembali menaikkan suku bunga atau ditahan, akan bergantung pada perkembangan data ekonomi ke depan. Data utama yang akan sangat memengaruhi keputusan mereka adalah data ketenagakerjaan dan inflasi inti.”

Menariknya, jelas Rully, pasar tampaknya tidak percaya pada kemungkinan kenaikan suku bunga dalam pertemuan mendatang. Menurut CME Fed Watch, pasar berharap bahwa kenaikan The Fed baru-baru ini akan menjadi yang terakhir. “Kami melihat risiko volatilitas yang lebih tinggi dalam jangka menengah karena perbedaan perspektif antara pasar dan The Fed. Rilis data ekonomi, terutama yang terkait dengan ketenagakerjaan dan inflasi di AS, kemungkinan akan memicu volatilitas pasar.”

Menurut Rully, kondisi ekonomi Indonesia yang kuat mendukung kemungkinan terjadinya level suku bunga kebijakan yang sama dengan AS. Beberapa faktor yang mendukung kemungkinan Indonesia mencapai paritas dengan AS dalam tingkat kebijakan.

Pertama, Indonesia diuntungkan oleh inflasi yang lebih rendah, baik dari segi IHK maupun inflasi inti. Kedua, di kawasan ASEAN, terdapat beberapa negara berkembang, seperti Thailand dan Malaysia, dengan suku bunga kebijakan lebih rendah dari FFR. Hal tersebut didorong oleh inflasi yang stabil, neraca transaksi berjalan yang stabil, mata uang yang juga stabil, dan prospek pertumbuhan yang positif, serta stabilitas politik.

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Premi Asuransi dari Saluran Digital Ditargetkan Tumbuh 100 Persen dalam 5 Tahun
Next Post BEDAH SAHAM: Mengantisipasi Kebangkitan Lini Kawasan Industri AKR Corporindo

Member Login

or