Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75% sepanjang tahun ini seiring terjaganya pergerakan nilai tukar rupiah dan inflasi.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Pressures on emerging market, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan volatilitas pasar global cenderung mengalami peningkatan memasuki bulan Juli. “Kami memperkirakan volatilitas akan berlanjut, disebabkan oleh perkembangan data ekonomi AS yang akan berpengaruh kepada keputusan The Fed terkait arah suku bunga dalam pertemuan FOMC mendatang.”
|Baca juga: BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan
Dia menilai perbedaan persepsi antara pasar dengan The Fed berpotensi menciptakan ketidakpastian dan volatilitas jangka menengah, serta berlanjutnya tekanan pada mata uang berkembang.
Rully mengatakan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan mata uang negara maju karena ekspektasi kenaikan suku bunga kebijakan oleh ECB, BoE, dan The Fed. Pada bulan Juli, rupiah menghadapi tekanan yang signifikan, ditutup pada posisi Rp15.195 kemarin (terdepresiasi 1,3% MTD, atau terapresiasi 2,4% YTD). Tren serupa dialami oleh mata uang berkembang lainnya, seperti Rupee India dan Lira Brasil.
Rully memperkirakan USD akan cenderung terus menguat dalam jangka menengah, sehingga BI harus menerapkan kebijakan stabilisasi, meskipun inflasi telah menurun secara signifikan. Dia memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakannya di 5,75% sepanjang tahun ini.
“Perlu dicatat bahwa cadangan devisa Indonesia telah menurun secara signifikan sebesar US$7,7 miliar dalam tiga bulan terakhir, saat ini mencapai US$137,5 miliar per Juni 2023. Dalam pandangan kami, hal ini disebabkan oleh intervensi pasar BI untuk menstabilkan rupiah.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News