1
1

BI Perkuat Kebijakan untuk Kendalikan Inflasi dan Nilai Tukar

Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia terus memperkuat inovasi untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam memastikan terkendalinya inflasi dan tetap stabilnya nilai tukar rupiah.

Inflasi IHK November 2023 terkendali pada 2,86 persen year on year (yoy) sehingga diprakirakan inflasi IHK tahun 2023 akan berada dalam kisaran 3,0 persen plus-minus 1,0 persen.

“Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah yakni sebesar 1,87 persen year on year, sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 29 Desember 2023.

|Baca juga: BI Terbitkan Kumpulan Masukan Masyarakat Atas Pengembangan Rupiah Digital

Pada November 2023, inflasi administered prices juga rendah yakni sebesar 2,07 persen yoy. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food naik menjadi 7,59 persen yoy, dipengaruhi oleh faktor musiman yang memengaruhi produksi beberapa komoditas hortikultura.

Perry menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, terutama yang bersumber dari harga pangan. Untuk itu, Bank Indonesia tetap memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali dalam kisaran 2,5 persen plus-minus 1,0 persen pada 2024.

Sementara itu untuk menjaga stabilnya nilai tukar rupiah, Bank Indonesia mengoptimalkan instrumen moneter SRBI, SVBI, dan SUVBI yang pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung upaya menarik portfolio inflows. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan aset SBN dan surat berharga valas yang dimiliki oleh Bank Indonesia sebagai underlying.

Lelang SRBI dan SVBI hingga 19 Desember 2023 masing-masing telah mencapai Rp229,95 triliun dan 421,50 juta dolar AS. Instrumen SRBI telah secara aktif diperdagangkan di pasar sekunder tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp52,87 triliun. Sementara itu, posisi nonresiden di SVBI tercatat sebesar 6 juta dolar AS.

Menurut Perry Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan SUVBI sebagai instrumen moneter valas yang hingga 19 Desember 2023 telah mencapai 129 juta dolar AS. “Berbagai inovasi instrumen ini diharapkan dapat mendukung strategi operasi moneter yang pro-market dan dapat menarik aliran modal masuk untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global,” katanya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Adapt Ready Soroti Dampak Transformatif dari Bencana di Sepanjang 2023
Next Post Korean Re Catatkan Pendapatan Bersih KRW292,9 Miliar

Member Login

or