1
1

BNI Cetak Laba Rp18,31 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar (tengah), Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati (kedua kiri), Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini (kedua kanan), Direktur Risk Management BNI, David Pirzada (kanan), dan Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir (kiri), di sela paparan kinerja kuartal IV/2022. | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berhasil menutup 2022 dengan mencetak kinerja impresif dan berhasil melampaui konsensus pasar. Hal ini tercermin dari laba bersih konsolidasi yang tercatat Rp18,31 triliun, tumbuh 68 persen year on year (YoY), dan merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengatakan bahwa kinerja yang prima ini terwujud melalui kerja keras seluruh insan BNI. “Terutama dalam menjalankan kebijakan strategis yang ditetapkan, di tengah periode pemulihan ekonomi 2022 serta upaya memastikan agenda transformasi perusahaan terus berjalan sesuai dengan blueprint,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 26 Januari 2023.

Total kredit yang disalurkan BNI di tahun 2022 telah mencapai Rp646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9 persen yoy, diikuti dengan net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8 persen. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur.

Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan current account and saving account (CASA) yang kuat yakni sebesar 10,1 persen yoy. Pertumbuhan ini merupakan hasil dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliable.

|Baca juga: BNI Meramu Strategi Hadapi Ancaman Resesi

Pertumbuhan fee-based income (FBI) pun tercatat sebesar 8,7 persen yoy menjadi Rp14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan FBI untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan trend menurunnya transaksi transfer antar bank.

Dirut BNI menuturkan bahwa pihaknya secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi value-added bagi nasabah. Contohnya di retail banking, fitur billpayment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp300 miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18 persen yoy.

Selain itu, di segmen business banking, BNI semakin aktif dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp1 triliun ke pendapatan non bunga, atau naik 100 persen dibandingkan tahun lalu.

Hasil kinerja yang positif ini berdampak pada Pre-provisioning Operating Profit (PPOP) yang dibukukan sebesar Rp34,4 triliun atau tumbuh 10,8 persen yoy. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio NPL sebesar 90 basis points (bps) secara tahunan menjadi 2,8 persen.

Menurut Royke, jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus Covid-19 juga terus menurun nilainya menjadi Rp49,6 triliun atau setara dengan 7,8 persen dari total kredit. Penurunan di kuartal lalu terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur di sektor tersebut mulai kembali pulih. Tren positif pada kualitas aset ini juga mendorong pembentukan beban CKPN menjadi lebih rendah sehingga cost of credit membaik dari 3,3 persen di tahun sebelumnya menjadi 1,9 persen.

“Pertumbuhan PPOP yang kuat dan diikuti dengan perbaikan kualitas aset ini membuat kami mampu menutup 2022 dengan capaian yang menggembirakan. Laba bersih ini adalah tertinggi sepanjang sejarah dan berada di atas ekspektasi pasar,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini, memaparkan bahwa pertumbuhan kredit BNI sebesar 10,9 persen yoy, melebihi guidance yang ditetapkan perusahaan di awal 2022 yakni di kisaran 7 persen – 10 persen.

|Baca juga: Laba BNI Tumbuh 76,8 Persen

“Pertumbuhan tersebut dicapai di tengah upaya BNI melakukan transformasi dan fokus membangun portofolio kredit yang sehat melalui ekspansi pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional,” katanya.

Sektor business banking mencatat pertumbuhan 10,3 persen yoy menjadi Rp532,2 triliun. Pertumbuhan dari segmen tersebut didorong oleh segmen Korporasi Blue Chip yang tumbuh 28,9 persen yoy menjadi Rp232,7 triliun, segmen Large Commercial meningkat 29,9 persen yoy menjadi Rp53,1 triliun, segmen kecil terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 19,8 persen yoy menjadi Rp52,7 triliun.

Sementara di sektor consumer banking, Kredit Payroll masih menjadi fokus dengan pertumbuhan 20,3 persen yoy menjadi Rp43,1 triliun, kemudian diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh 7,9 persen yoy menjadi Rp53,5 triliun. Sehingga secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,2 persen yoy menjadi Rp110,1 triliun.

Novita juga menjelaskan bahwa BNI melihat debitur yang terdampak pandemi Covid-19 terus mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir 2022 tersisa Rp49,6 triliun, turun 31,2 persen yoy. Rasio Loan at Risk (LaR) ikut membaik menjadi 16 persen, dibandingkan 2021 yang berada di posisi 23,3 persen.

“Tentunya untuk tahun ini, kami menargetkan kualitas aset yang lebih baik lagi. Kami sangat bergembira karena sebagian besar debitur yang terdampak Covid-19 sudah mulai pulih dan bersiap ekspansi,” ujarnya.

Ditambahkan bahwa BNI mendapat banyak lesson learned mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi bisnis dari pandemi. Sepanjang tahun 2022, biaya operasional umum dan admin hampir tidak naik, hanya tumbuh 1 persen. Berbekal efisiensi biaya operasional umum ini, BNI berkesempatan membangun kapabilitas Human Capital dengan menaikkan biaya personalia sebesar 11 persen, atau hampir 2 kali lipat inflasi.

Kenaikan ini terutama di area seperti investasi training pegawai dan remunerasi variabel untuk mendorong kinerja dan semangat pegawai BNI agar memberikan service terbaik kepada nasabah. Meskipun demikian, BNI masih menjaga efisiensi bisnis yang tercermin dari rasio cost-to-income yang sebesar 42,6 persen, membaik 70 bps dibandingkan tahun lalu.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Dorong Auditor Internal Terapkan Teknologi dalam GRC Terintegrasi
Next Post IHSG Terkoreksi, Cermati 4 Saham Ini

Member Login

or