Media Asuransi – BNI Syariah bekerjasama dengan Kelompok Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomika dan Bisnis (KSEI FEB) Universitas Diponegoro menyelenggarakan National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020.
Tema webinar kali ini adalah ”Reconstruction of The Halal Industry Towards Indonesia as The Center For Global Islamic Economy” yang diselenggarakan pada tanggal 12 September 2020. Acara webinar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mendorong peningkatan awareness industri halal di kalangan masyarakat dan akademisi.
Acara ini dibuka oleh Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno, didampingi oleh Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Universitas Diponegoro Dwi Cahyo Utomo, serta Wakil Dekan I Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Firmansyah.
Sandiaga Uno mengatakan potensi halal ekonomi di Indonesia masih cukup besar. Ekonomi halal, UMKM, dan sektor konsumsi adalah salah satu solusi kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan melakukan rekonstruksi di industri halal, diharapkan Indonesia bisa menjadi pusat episentrum dari global islamic economic.
“Indonesia mempunyai populasi muslim terbesar di dunia dan pengimpor produk halal keempat terbesar di dunia,” kata Sandiaga Uno dalam sambutannya.
Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Komunikasi dan Bisnis Universitas Diponegoro Dwi Cahyo Utomo berharap webinar ini dapat memberi kontribusi, selain pada universitas juga masyarakat secara umum. “Pengembangan ekonomi Islam menjadi salah satu semangat Universitas Diponegoro dalam mengembangkan endowment fund dalam konsep wakaf,” katanya.
Pembicara dalam webinar yang diikuti oleh lebih dari 250 peserta ini adalah Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto, Wakil Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ni Putu Desinthya, Ketua Bidang Pengembangan Industri Halal dan Industri Kreatif, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Riyanto Sofyan, serta Pendiri SNW dan Marketing Plan Syariah Ateng Kusnadi.
Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto berharap National Webinar 11th Sharia Economic Activity (Sehati) 2020 ini dapat meningkatkan pemahaman dan literasi masyarakat mengenai keuangan syariah.
“Berdasar data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih cukup rendah yaitu masing-masing 8,9 persen dan 9,1 persen,” katanya.
Perbankan syariah, kata Wahyu, memiliki peluang yang besar didukung oleh besarnya potensi bisnis industri halal. Berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, potensi bisnis industri halal sebesar 2,2 triliun Dolar AS, terdiri dari halal food, fashion, media, tourism, pharmacy, cosmetics, dan umrah.
Namun demikian, lanjutnya, bisnis industri halal ke depannya masih akan menghadapi beberapa tantangan di antaranya banyaknya terjadi perubahan yang tidak terduga sehingga membuat lingkungan bisnis, sosial, dan industri berubah sangat cepat.
Selain itu, menurut Wahyu, faktor ketidakpastian (uncertainty), menyebabkan banyak hal baru yang sifatnya tidak terduga (novelty), serta ketidakjelasan akibat terlalu banyak informasi (ambiguous). Semua faktor tersebut menjadi tantangan kita dalam mengembangkan ekosistem halal.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan inovasi dan kolaborasi. Inovasi digital saat ini meningkatkan peran bank syariah, tidak hanya dari sisi permodalan tapi juga untuk mempermudah sistem pembayaran.
“Selain digitalisasi, untuk meningkatkan industri halal juga harus dilakukan melalui kolaborasi, yang salah satunya dengan mengembangkan Platform Sekolah Pintar. Dengan begitu, peran bank sebagai kolaborator dengan ekosistem terkait,” jelas Wahyu.
Sebagai bentuk terobosan di dunia pendidikan, BNI Syariah memfasilitasi mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. BNI syariah memiliki program Buka Rekening Mahasiswa (Bursa), dengan memberikan insentif setoran awal Rp50.000 per mahasiswa. Fir
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News