Badan Pengelola Pusat Data Statistik Asuransi Nasional (BPPDAN) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan metode Stokastik Poisson di industri asuransi Indonesia. Metode tersebut nantinya akan digunakan untuk menentukan tarif premi asuransi, menggantikan metode deterministik yang sudah digunakan selama ini di asuransi. “BPPDAN bersama ITB menggelar workshop yang melibatkan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan beberapa ceding companyuntuk mendiskusikan berbagai metode yang digunakan untuk membuat rate,” kata Kepala BPPDAN Arie Surya Nugraha di sela acara Workshop BPPDAN 2019 di Jakarta, 19 Februari 2019.
Arie melanjutkan, penerapan Stokastik Poisson, pada dasarnya didorong oleh kebutuhan penentuan tarif premi yang lebih akurat, mempertimbangkan waktu tiap kejadian dan dapat lebih disesuaikan dengan masing-masing perusahaan asuransi dan pemegang polis, serta tidak menutup kemungkinan tarif dapat berubah seiring waktu berjalan. “Masing-masing perusahaan tentu punya tren pertumbuhan berbeda dan masing-masing pemegang polis juga punya pola kehidupan berbeda. Pendekatan metode tarif hanya bisa diakomodasi oleh Stokastik, tidak lagi berdasarkan asumsi seperti halnya pada metode deterministik,” ujarnya.
Rencananya, workshop ini akan dilaksanakan sebanyak lima kali. BPPDAN memasok data underwriting selama tiga tahun kepada pihak ITB. “Berdasarkan data yg diterima, pihak ITB berinovasi membuat rate dengan metode stokastik poisson,” jelas Arie.
Industri asuransi, menurut Arie, pada dasarnya mengenal dua metode prediksi penentuan tarif premi, yakni stokastik dan deterministik. Secara sederhana, dalam konsep stokastik perhitungan tarif premi mengakomodasi variabel ketidakpastian yang salah satunya adalah waktu kejadian klaim. Pemodelan ini ditujukan untuk memprediksi kemungkinan hasil yang didasarkan pada situasi dan kondisi yang beragam, sehingga menghasilkan berbagai estimasi atau bahkan hasil. Sementara itu, konsep deterministik justru sebaliknya, hanya menghasilkan satu solusi atau jawaban, yang diterapkan untuk semua situasi dan kondisi. “Tentunya, hasilnya akan lebih adil dan realistis karena dengan berjalan waktu, masing-masing perusahaan asuransi akan mengevaluasi kinerja dan asumsi yang dipakai,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kaprodi Magister Pengajaran Matematika dan Magister Aktuaria dan Ketua KK Statistika FMIPA ITB Sapto Wahyu Indratno menjelaskan bahwa semakin pesatnya pengelolaan dan pemanfaatan big data menjadi latar belakang ITB memperkenalkan metode Statistik Poisson kepada industri asuransi dan reasuransi nasional. “Didasarkan kemitraan antara kedua belah pihak, kami sadar betapa banyak data yang bisa kedua belah pihak kelola untuk menjadikan industri asuransi nasional lebih baik lagi,” ungkap Sapto.
Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan bahwa metode stokastik mengakomodasi ketidakpastian dan variabilitas, tidak hanya melihat data atau tren kerugian beberapa tahun ke belakang. Metode ini nantinya tidak hanya seperti metode garis lurus. Metode ini mampu menyesuaikan berbagai perubahan sehingga diharapkan tarif preminya akan lebih akurat.
Direktur PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) Kocu A Hutagalung mengungkapkan bahwa adanya Stokastik membuat penghitungan tarif premi di asuransi akan menjadi lebih realistik, bisa dilakukan penghitungannya secara terus menerus, per kuartal maupun per semester. Sementara itu kalau menggunakan metode lama, hanya bisa dilakukan pada awal tahun saja penghitungannya. “Untuk saat ini kan kita masih menggunakan penghitungan satu rate untuk semua, nantinya bisa disesuaikan dengan penggunaannya dengan metode Stokastik,” ujar Kocu. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News