1
1

DBS Macro Research: 2024 Pasar Global akan Terjadi Soft Landing

Ilustrasi perekonomian nasional. | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian dan pasar global mengalami beberapa guncangan pada 2023, namun secara umum tetap stabil. Untuk 2024, DBS Macro Research memperkirakan akan terjadi soft landing, yakni pengetatan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi tidak akan menimbulkan resesi di AS dan Uni Eropa, konsolidasi di China, serta pemulihan pertumbuhan di ASEAN.

ASEAN sejak lama menarik arus masuk dana asing, tetapi terdapat dua faktor pendorong yang mempercepat arus tersebut sejak 2017, yakni dampak positif sejak dimulainya ketegangan AS-China dan konfigurasi ulang rantai pasokan akibat pandemi.

“Meskipun ASEAN mungkin tidak dapat menyerap atau menggantikan semua kapasitas produksi yang dipindahkan dari China, negara ASEAN-6 menawarkan keuntungan unik. Singapura menjadi penerima manfaat utama dalam hal jumlah dana asing, diikuti Vietnam dan Indonesia. Komponen kendaraan listrik, rantai pasokan elektronik, dan teknologi ramah lingkungan adalah beberapa peluang utama yang muncul,” ungkap Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao, dalam keterangan resmi, Kamis, 11 Januari 2024.

|Baca juga: Sambut ASEAN Summit 2023, DBS Group Research Menganalisis Kepemimpinan Indonesia di ASEAN

Radhika menjelaskan, 2024 akan lebih baik bagi pertumbuhan ASEAN-6. DBS Macro Research memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil tahunan pulih menjadi 4,7 persen pada 2024, naik 50 bps setelah melambat pada 2023 ke 4,2 persen, didorong oleh ekonomi yang berorientasi pada perdagangan.

Ekspor dari ASEAN-6, terutama elektronik diperkirakan akan mengalami pemulihan pada 2024, setelah tahun penuh tantangan pada 2023. Secara bersamaan, DBS Macro Research juga memperkirakan pemulihan perjalanan internasional dan pariwisata terus berlanjut pada 2024, tetapi lebih moderat.

Di sisi lain, inflasi di ASEAN-6 mengalami penurunan sepanjang 2023, dan DBS Macro Research melihat inflasi umum akan terkendali dan berada dalam target untuk negara yang menetapkan sasaran inflasi tertentu, tetapi dengan kecenderungan beragam pada 2024. Makanan dan bahan bakar, yang bersama-sama menyumbang setidak-tidaknya 50 persen hingga 60 persen ke keranjang inflasi harga konsumen (dengan makanan sebesar 20 persen hingga 40 persen), akan menjadi kunci bagi dinamika inflasi regional. Koreksi harga pangan dan energi global kemungkinan meredam tekanan inflasi, misalnya, di Indonesia, Filipina, dan Singapura, kecuali jika terjadi guncangan dari sisi penawaran tak terduga terhadap harga komoditas global.

Guncangan dari luar memerlukan perhatian kita selama ketidakpastian geopolitik dan gangguan cuaca. Biaya peti kemas dan pengangkutan laut meningkat dalam dua minggu terakhir karena operator berhati-hati dalam melintasi Laut Merah. Kenaikan harga bahan apa pun yang dibebankan ke harga komoditas akan berdampak pada komponen makanan dan bahan bakar. Fenomena El Nino dan pembatasan pasokan makanan oleh negara produsen utama membuat harga biji-bijian (terutama beras) dan sereal terus meningkat sehingga mengganggu daya beli.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Industri Asuransi Punya Peran Besar Fasilitasi Perdagangan Global Senilai US$89 Triliun
Next Post Kementerian PUPR Dorong Pembangunan Rumah Tahan Gempa di Sumsel

Member Login

or