Media Asuransi, JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) akan merencanakan PalmCo untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam negeri.
Sehingga, saat harga minyak kelapa sawit mengalami fluktuasi di pasar global, masyarakat Indonesia tetap mendapatkan minyak goreng dengan harga yang murah.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury menyebut, melalui PalmCo akan dibangun fasilitas produksi minyak goreng. Saat ini PTPN sedang melakukan konsolidasi seluruh perkebunan dan pabrik-pabrik yang ada.
Baca juga: Beazley Luncurkan Asuransi Product Recall di Pasar Asia Pasifik
Dihubungi secara terpisah, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan, setelah konsolidasi rampung PTPN juga akan mengantarkan PalmCo ke lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO).
Harapannya, melalui pelepasan saham ke publik dapat meraup dana sebesar Rp 5 hingga 10 triliun. PTPN bahkan sudah menunjuk Mandiri Sekuritas dan McKinsey sebagai penasihat aksi korporasinya tersebut. Selanjutnya, dana hasil IPO tersebut akan dibangun pabrik-pabrik baru.
Menurutnya, tujuan dari aksi korporasi tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan harga minyak goreng dalam negeri. Sehingga, saat harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) global berfluktuasi tidak berdampak pada harga dalam negeri.
“Itu untuk PalmCo. Saat ini, peran BUMN untuk minyak goreng kurang besar. Ini karena dia tidak mengelola minyak goreng dalam jumlah besar. Oleh karena itu juga dibuat sub-holding PalmCo. Ini tujuannya membuat pengadaan minyak goreng,” ungkapnya.
Pemerintah berharap, dengan adanya PalmCo dapat membantu permasalahan minyak goreng dalam negeri. Sebab, dapat dikontrol langsung oleh pemerintah melalui perusahaan BUMN.
Baca juga: Sun Life Financial Bakal Akuisisi Advisors Asset Management (AAM)
“Kami harap go public, bikin minyak goreng dan sebagainya, maka mayoritas minyak goreng Indonesia diproduksi oleh BUMN. Sehingga, harga bisa dikontrol oleh BUMN. Kontrol dalam arti positif, bukan monopoli, sehingga harga minyak goreng lebih terjangkau untuk masyarakat,” imbuhnya.
Sementara, Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani menargetkan, perseroan dapat menghasilkan sebanyak 1,8 juta kg minyak goreng (migor) pada 2026 atau sekitar sepertiga dari kebutuhan migor nasional yang sebanyak 5,7 juta ton. Bahkan, untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, PTPN Group mampu menyuplai 80%.
“Ketika itu terjadi, PTPN akan menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar dunia. Saat itu kita akan masuk sektor hilir juga, pada 2026 menghasilkan 1,8 juta ton dan biodiesel paling tidak menghasilkan 450 ribu ton,” sebutnya.
Ia mengaku, dalam pemenuhan kebutuhan minyak goreng nasional, peran PTPN masih sangat minum. Melalui merek NusaKita, targetnya pada 2024 mendatang dapat menghasilkan 6% dari produksi nasional. Sampai akhir tahun ini, kapasitas pabrik kita 17 ribu ton per bulan dan secara bertahap terus ditingkatkan,” imbuhnya.
PalmCo merupakan merupakan perusahaan spin-off yang merupakan sub-holding PTPN III dan khusus bergerak di bidang kelapa sawit. Jika berjalan sesuai rencana, keberadaan PalmCo sepertinya bakal mengusik Wilmar Group yang selama ini menjadi salah satu pemain terbesar.
Tengok saja, potensi lahan yang bakal dimiliki PalmCo. Per akhir 2021, lahan sawit PTPN seluas 500.000 hektar (ha). Kemudian, luas lahan perkebunan lain seperti karet, tebu dan lainnya jika ditotal sekitar 200.000 ha. Luas ini yang bakal dikonversi menjadi lahan sawit dan dikonsolidasikan ke PalmCo sebelum IPO. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News