1
1

Efek Akuisisi Solusi Tunas Pratama (SUPR), Peringkat Protelindo Ditegaskan BBB

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi peringkat jangka panjang mata uang asing issuer default rating (LT FC IDR) PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) di ‘BBB’. Fitch Ratings Indonesia pada saat yang bersamaan telah mengafirmasi peringkat nasional jangka panjang dan peringkat nasional senior tanpa jaminan di ‘AAA(idn)’. Outlook adalah stabil.

Melalui keterangan resminya, Fitch menjelaskan bahwa outlook stabil merefleksikan pandangannya bahwa akuisisi yang didanai utang oleh Protelindo atas setidaknya 90% dari operator menara independen terbesar ketiga di Indonesia, PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), akan meningkatkan FFO net leverage-nya secara sementara sebelum rasio tersebut kembali ke level yang sepadan dengan peringkatnya saat ini pada 2022-2023. 

“Skala dan pangsa pasar Protelindo akan meningkat setelah akuisisi. Transaksi ini bersifat mengikat dan telah disetujui oleh para pemegang saham kedua belah pihak. Transaksi ini kemungkinan akan selesai pada awal Oktober 2021.”

Peringkat nasional ‘AAA’ menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan Fitch pada skala peringkat nasional untuk Indonesia. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang terendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.

|Baca juga: Peringkat Voksel Electric (VOKS) Diturunkan Jadi idBBB+ Stabil

Fitch memproyeksikan FFO net leverage proforma 2021 Protelindo akan melemah ke 5,0x-5,3x (2020: 3,1x) setelah akuisisi SUPR, serupa dengan leverage perusahaan menara terbesar kedua di Indonesia PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI, BBB-/AA+(idn)/Stabil) pada 5,0x-5,5x. 

Namun, Fitch mengekspektasi FFO net leverage akan membaik ke bawah 4,5x, ambang batas sehingga Fitch  akan mempertimbangkan tindakan pemeringkatan negatif, pada jangka waktu menengah. Manajemen berencana untuk menggunakan sinergi akuisisi dari entitas gabungan dan arus kas bebas yang lebih tinggi untuk mendorong penurunan leverage.

Manajemen meyakini bahwa akuisisi yang didanai utang atas SUPR tidak akan mengubah disiplin keuangan dan rekam jejak perusahaan untuk menjaga leverage-nya lebih rendah secara signifikan daripada leverage perusahaan menara global lainnya. Perusahaan secara historis telah membuktikan kebijakan keuangan yang konservatif dalam hal pengembalian pemegang saham dan merger dan akuisisi (M&A) yang didanai utang.

Protelindo akan meningkatkan skalanya setelah akuisisi menjadi sekitar 28.000 menara dan 52.000 sewa, dan pangsa pasarnya pada sektor menara Indonesia menjadi sekitar 30% dari 24%, yang dapat memberikan daya tawar yang lebih baik dengan perusahaan telekomunikasi. 

Namun, hal ini akan diimbangi oleh sekitar 39% porsi pendapatan terhadap perusahaan yang akan dihasilkan dari merger yang direncanakan antara PT Indosat Tbk (BBB/AAA(idn)/Rating Watch Negatif) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch), yang akan memiliki profil kredit satu hingga dua notch lebih lemah daripada Protelindo.

|Baca juga: Tender Offer Centratama Telekomunikasi Indonesia (CENT) di Bawah Harga Pasar

Fitch menilai akuisisi SUPR akan menyebabkan sekitar setengah dari pasar menara lokal berada di bawah Protelindo dan TBI, dan 24%-25% di bawah PT Dayamitra Telekomunikasi, anak perusahaan dari pemimpin pasar seluler PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (BBB/Stabil). 

Sisanya terfragmentasi dengan beberapa perusahaan memiliki 1.000-3.000 menara, seperti PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BBB+(idn)/Positif). Omnibus law yang baru, yang memperbolehkan perusahaan asing untuk mengakuisisi 100% dari perusahaan menara, kecil kemungkinannya untuk memperburuk kompetisi karena industri sebagian besar telah terkonsolidasi.

Lebih lanjut, Fitch meyakini rencana merger Indosat dan Hutch dapat mengurangi permintaan menara dan ekspansi fiber pada 2021-2022. Namun, kecil kemungkinan hal ini untuk menyebabkan redundansi menara untuk Protelindo-STP karena Fitch memperkirakan hanya sekitar 14% dari sewa Indosat-Hutch akan perlu diperbaharui pada 2021-2025. 

Hanya persentase satu digit yang rendah dari menara-menara Protelindo-STP yang memiliki Indosat dan Hutch keduanya sebagai penyewa. Kami mengekspektasi permintaan menara dan fiber dari XL dan PT Telekomunikasi Selular untuk mengimbangi beberapa pembatalan sewa Hutch-Indosat.

Fitch memproyeksikan bahwa entitas gabungan akan menghasilkan pendapatan dan EBITDA yang disesuaikan oleh Fitch sekitar Rp10 triliun dan Rp8,2 triliun, secara berurutan, pada 2021. Fitch memperhitungkan EBITDA setelah menyesuaikan untuk beban bunga dan biaya depresiasi yang terkait operating lease di bawah standar akuntansi Indonesia PSAK 73. Visibilitas arus kas tinggi karena entitas gabungan akan memiliki pendapatan kontrak terkunci sekitar Rp58 triliun dan rata-rata tertimbang sisa periode kontrak sekitar 6 tahun. (Edi)

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Per 17 September 2021, Realisasi PEN Capai 53,2 Persen dari Pagu
Next Post Nilai Rukar Rupiah Hari Ini Berpotensi Menguat

Member Login

or