Wahyu mengatakan, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan di atas 10 persen adalah sektor transportasi dan pergudangan sebesar 14.44 persen, jasa pendidikan sebesar 14,33 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 12,39 persen, dan informasi dan komunikasi sebesar 10,42 persen. “Sedangkan lapangan usaha yang mengalami kontraksi adalah pertambangan dan penggalian terkontraksi sedalam 28,93 persen,” ujarnya.
|Baca juga: Menkeu: APBN Hadir untuk Dorong Perekonomian Madura Raya
Dari sisi pengeluaran ekonomi Kalbar, komponen tertinggi dialami oleh Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh sebesar 19,11 persen. Kemudian diikuti oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 3,52 persen. Selanjutnya komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) tumbuh sebesar 2,93 persen. “Sedangkan komponen yang mengalami kontraksi cukup dalam, yaitu komponen ekspor barang dan jasa sebesar 21,13 persen dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang terkontraksi sedalam 6,64 persen,” katanya.
Guru Besar Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak Prof Eddy Suraman juga mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi Kalbar di angka 5 persen menunjukkan mulai pulih dan dalam keadaan normal. “Jadi 2022 Kalbar sudah memasuki dalam kondisi normal atau mirip dengan sebelum pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Untuk 2023 meskipun tantangan masih banyak di depan mata yakni ekonomi global dan lainnya, namun diproyeksikan masih tumbuh tidak jauh beda dari tahun sebelumnya. “Masih tumbuh di kisaran 5,6 persen,” pungkasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News