1
1

Era Suku Bunga Rendah, Reksa Dana Pendapatan Tetap Menarik Dikoleksi

Costumer Service sedang menjelaskan produk reksa dana. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi – Di era suku bunga rendah, Infovesta Utama menilai investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk memilih instrumen investasi yang dapat memberikan potensi imbal hasil lebih tinggi daripada deposito. 

Melalui Mutual Funds Update yang dikutip Media Asuransi, Rabu, 28 Juli 2021, Infovesta menilai reksa dana berbasis pendapatan tetap cenderung menarik di era suku bunga rendah ini. Tetapi mengingat pemangkasan tingkat suku bunga yang sudah secara agresif dilakukan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2020, maka potensi kenaikan reksa dana pendapatan tetap cenderung terbatas sehingga tidak setinggi di tahun 2020. “Meskipun hal tersebut tidak serta merta membuat jenis reksa dana ini kehilangan daya tariknya.” 

|Baca juga: Saham Tertekan, Investor Disarankan Koleksi Reksa Dana Pendapatan Tetap

Kinerja reksa dana pendapatan tetap masih mencatatkan kinerja positif secara year to date (ytd) 23 Juli 2021 sebesar 0,67% yang didukung oleh kinerja obligasi korporasi melalui Infovesta Corporate Bond Index sebesar 3,02% dan obligasi pemerintah melalui Infovesta Government Bond Index sebesar 2,09%. Dengan demikian, investasi pada reksa dana berbasis pendapatan tetap masih cukup menarik terutama yang berbasis obligasi korporasi.

Pada penutupan perdagangan pekan lalu, seluruh jenis indeks reksa dana tercatat mencetak imbal hasil positif. Reksa dana saham dan reksa dana campuran memimpin dengan masing-masing mencatatkan kinerja sebesar 0,75% dan 0,37%. Penguatan tersebut sejalan dengan penguatan kinerja IHSG sebesar 0,48% pada minggu lalu. 

Sementara itu, kinerja reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang juga menguat sebesar 0,14% dan 0,06% menyusul kenaikan pada obligasi pemerintah sebesar 0,25% dan obligasi korporasi sebesar 0,10%.

Seperti diketahui, tingkat suku bunga acuan (BI 7 Days Reverse Repo Rate/BI 7DRR) dipertahankan pada level 3,5% pada Juli 2021 oleh Bank Indonesia. Hal tersebut juga berlaku pada tingkat suku bunga deposit dan lending facility masing-masing tidak berubah pada 2,75% dan 4,25%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar di tengah perkiraan inflasi yang rendah akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang kembali diberlakukan dan diperpanjang hingga 2 Agustus 2021.

|Baca juga: Digibank Masuk Reksa Dana, Tawarkan Layanan 100% Digital

Sementara itu, investor global masih terus memantau wacana pengurangan stimulus moneter atau tapering The Fed. Pada Desember 2020, Bank Sentral merencanakan untuk melakukan tapering apabila ada kemajuan substansial dari pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi yang stabil di sekitar 2%. 

Tingkat inflasi tahunan Amerika Serikat per Juni 2021 tercatat sebesar 5,4% naik 0,4% dari bulan Mei 2021. Hal ini dikhawatirkan mengakibatkan tapering akan diberlakukan lebih cepat daripada ekspektasi di tahun 2023 yang berdampak pada terbatasnya aliran modal ke negara berkembang seperti Indonesia yang diperparah dengan kondisi Indonesia yang saat ini masih mencatatkan penambahan kasus harian dan kematian Covid-19 tertinggi di dunia.

Di sisi lain, investasi pada instrumen berbasis saham juga masih cukup menarik mengingat tingkat suku bunga yang rendah seharusnya secara tidak langsung menopang kinerja reksa dana saham karena pelaku bisnis dimudahkan dengan tingkat bunga utang yang lebih rendah. 

Akan tetapi, pemulihan bisnis Indonesia masih tertekan akibat adanya PPKM yang masih diperpanjang. Sehingga investor perlu memilah produk reksa dana berbasis saham yang memiliki alokasi portofolio pada saham-saham yang diuntungkan langsung dari adanya pemulihan ekonomi dan juga saham yang berpotensi memiliki prospek cemerlang seperti saham-saham di sektor teknologi. Aca

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Trimegah Karya (UVCR) Sah Jadi Saham Syariah
Next Post Ada Dugaan Data Nasabah Bocor,  BRI Life Jamin Keamanan Polis  

Member Login

or