Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diproyeksikan Kamis, 24 Juni 2021, akan bergerak pada range level support 6.000 dan level resistance 6.100.
Regina Fawziah, Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, memaparkan IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 6.034 (-0,88%). IHSG dibebani oleh sektor Healthcare (-2,415%), Financials (-2,094%), Properties & Real Estate (-1,2%), Energy (-0,715%), Consumer Cyclicals (-0,649%), Consumer Non-Cyclical (-0,249%), Technology (-0,227%), Basic Materials (-0,016%), kendati ditopang oleh sektor Industrials (0,206%), Transportation & Logistic (0,839%), Infrastructures (1,256%) yang mengalami penguatan walaupun tidak signifikan.
“Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Bahka kini sudah melebihi 10.000 untuk rata-rata selama 14 hari dari sebelumnya yang hanya berkisar di 5.000. Kenaikan yang cukup signifikan dan membuat kekhawatiran investor akan dampak dari kenaikan kasus ini kembali meningkat yang menyebabkan IHSG pada perdangan kemarin cenderung mengalami pelemahan yang cukup tajam di akhir perdagangan sesi 2,” jelasnya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Kamis , 24 Juni 2021.
Menurutnya, kalau dilihat dari porsi net sell yang terjadi pada perdagangan kemarin, untuk net foreign sell atau asing cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan domestiknya. Artinya apa? artinya di sini dapat dilihat bahwa kekhawatiran tertinggi di sini lebih kepada investor domestik yang khawatir akan lonjakan kasus yang terjadi serta terganggunya domestic recovery economy yang hingga kini masih terus berjalan.
|Baca juga: SoftBank Ventures Asia (SBVA) Suntik Modal VoyagerX
“Jika kita lihat ke belakang beberapa bulan lalu, dari awal tahun 2021 data ekonomi indonesia terus membaik, meskipun untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I/2021 masih cenderung terkontraksi, tetapi untuk ekspor-impor, neraca perdagangan, penjualan eceran, hingga inflasi sudah terlihat ada perbaikan.”
Untuk data impor dan penjualan eceran sendiri terakhir pada bulan Mei terjadi kenaikan yang cukup signifikan, yang menandakan bahwa kegiatan manufaktur domestik serta tingkat konsumsi masyarakat secara domestik ada sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama. Kenaikan impor juga sempat menjadi katalis positif bagi pasar akan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2021 yang cenderung membaik dan akan tumbuh positif sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia dan Menkeu Sri Mulyani.
Namun, optimisme tersebut kini berubah menjadi rasa khawatir para investor akan lonjakan kasus yang cukup signifikan yang nantinya mungkin bisa saja mengganggu jalannya kegiatan ekonomi pada periode ini. Beberapa daerah mulai kembali menerapkan kebijakan pembatasan sosial guna meminimalisir penularan.
Pembatasan ini, menurut Regina, tentu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap data ekonomi pada bulan ini yang akan rilis pada bulan depan terutama yang berkaitan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Ditambah lagi pada dua bulan lalu, membaiknya data ekonomi domestik juga dikarenakan adanya momentum Ramadhan dan Idulfitri yang menjadi faktor kenaikan dari konsumsi masyarakat, sehingga wajar apabila pada bulan Juni ini proyeksi kenaikan data ekonomi domestik meskipun meningkat tetapi tidak akan sesignifikan seperti dua bulan lalu ketika ada momentum khusus.
|Baca juga: Erdikha Sekuritas: Kasus Covid-19 Tinggi, IHSG Terkoreksi
Selain karena faktor domestik, sambung Regina, faktor lain yang mempengaruhi pergerakan IHSG yaitu proyeksi The Fed selaku bank sentral AS yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS berjalan lebih cepat dari proyeksi awal seiring dengan terus berjalannya program vaksinasi guna menurunkan kurva penyebaran kasus Covid-19 di AS, meskipun demikian The Fed mengatakan bahwa saat ini meskipun tingkat Inflasi di AS cukup tinggi, tetapi kenaikan inflasi tersebut bisa dibilang bersifat sementara atau hanya temporary.
“Sehingga The Fed tidak akan terburu-buru untuk melakukan tapering ataupun perubahan kebijakan moneter terkait suku bunga. Ditambah lagi gejolak pasar secara global akibat pandemi ini masih tidak menentu, sehingga menurut kami akan menjadi dampak yang buruk apabila The Fed melakukan perubahan kebijakan moneter atau tapering dalam waktu dekat ini, baik dampak untuk AS secara khusus ataupun global secara umunya. Isu taper tantrum yang mereda membuat pelaku pasar lebih tenang memborong aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset aman (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS menjadi tidak menarik karena mengalami penurunan yield.”
Namun, meredanya katalis negatif dari negeri Paman Sam tampaknya belum bisa membuat IHSG kembali ke zona hijaunya. Katalis negatif akan lonjakan kasus Covid-19 di domestik lebih mendominasi pasar sehingga IHSG masih bergerak melemah.
Untuk hari Kamis, 24 Juni 2021, ada beberapa indikator ekonomi yang akan rilis dan dapat mempengaruhi pergerakan IHSG, sehingga perlu diperhatikan oleh investor yakni rilisnya loan growth atau pertumbuhan kredit di Indonesia yang sebelumnya masih tumbuh negatif yakni -2,28% akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang kemungkinan akan terjadi kenaikan meskipun tidak signifikan.
“Kemudian dari AS akan rilis GDP Price Index secara kuartal untuk Q1, GDP Growth rate Q1 (QoQ), serta klaim angka pengangguran AS dengan proyeksi yang membaik dari sebelumnya. rilisnya data-data tersebut menurut kami nantinya akan mempengaruhi pergerakan ketiga indeks utama AS yakni Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq, serta regional dan Indonesia.” Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News