1
1

Erdikha Sekuritas: IHSG Cenderung Bergerak 6.040-6.090

Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan cenderung bergerak pada range level support 6.040 dan level resistance 6.090.

Regina Fawziah, Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, menerangkan untuk hari Jumat, 18 Juni 2021, pasar perlu memperhatikan beberapa data seperti data penjualan motor dari domestik yang sebelumnya sempat meningkat signifikan hingga 282%, dan diproyeksikan masih akan tumbuh tetapi tidak signifikan seperti sebelumnya. Kemudian dari Inggris akan rilis juga data penjualan eceran baik secara bulanan maupun tahunan.

“Berdasarkan data di atas, maka kami memproyeksikan IHSG pada hari Jumat akan cenderung bergerak pada range level support 6.040 dan level resistance 6.090,” katanya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 18 Juni 2021.

|Baca juga: Erdikha Sekuritas: IHSG Bergerak pada Range 6.060-6.110

Lebih lanjut, dia memaparkan IHSG pada perdagangan Kamis, 17 Juni 2021 ditutup melemah pada level 6.068. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari pedagangan. IHSG dibebani oleh sektor Energy (-1,462%), Consumer Non-Cyclical (-1,08%), Properties & Real Estate (-0,721%), Transportation & Logistic (-0,657%), Healthcare (-0,602%), Infrastructures (-0,363%), Consumer Cyclicals (-0,277%), Basic Materials (-0,161%), kendati ditopang oleh sektor Financials (0,213%), Industrials (0,67%), Technology (2,046%) yang mengalami penguatan walaupun tidak signifikan. 

Regina mengatakan, pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin cenderung mengalami pelemahan. Tidak hanya domestik, tetapi regional dan bursa AS juga cenderung mengalami pelemahan. Rilisnya data suku bunga baik domestik maupun suku bunga acuan AS yang masih stagnan di level yang sama yakni 3,5% (suku bunga acuan BI) dan 0,25% (Fed Interest Rate Decision) tampaknya tidak mampu mendorong kenaikan IHSG ke zona hijau. 

“Pelemahan yang terjadi diakibatkan karena adanya proyeksi dari the Fed terkait perubahan kebijakan moneter, yakni perubahan kebijakan moneter baru akan dilakukan sebelum tahun 2023, timeline ini cenderung lebih maju dibandingkan dengan proyeksi the Fed sebelumnya.”

Regina menuturkan, jika melihat kondisi saat ini pertumbuhan ekonomi AS bukan lagi menjadi fokus utama dari bank sentral, karena saat ini pertumbuhan ekonomi AS sudah cenderung membaik, bahkan the Fed kini lebih fokus terhadap inflasi di sana. Mengapa? Karena jika dilihat pertumbuhannya dari tahun lalu sejak terjadi penyebaran Covid-19 yang cukup tinggi, angka inflasi AS sempat menyentuh level di bawah 1% secara tahunan dan kini angka inflasi sudah cenderung tinggi bahkan menyentuh level 5%, tetapi kenaikan inflasi saat ini masih bersifat temporary

|Baca juga: Peringkat Mayora (MYOR) Ditegaskan idAA

“Meskipun demikian, menurut kami the Fed juga tetap mengantisipasi kenaikan yang terlalu tinggi hingga awal tahun depan, sehingga menurut kami the Fed baru akan melakukan perubahan kebijakan moneter ataupun tapering (Pengurangan pembelian surat berharga oleh bank sentral) minimum awal tahun depan 2022,” jelasnya. 

Selain dari suku bunga AS, kemarin juga telah rilis suku bunga domestik yang mana angkanya juga masih tertahan di level yang sama. Menurut Regina, penahanan suku bunga ini terbilang wajar karena jika dilihat secara keseluruhan data ekonomi Indonesia memang pada bulan April dan Mei, terutama Mei itu cenderung meningkat cukup signifikan, bahkan untuk impor meningkat hingga 68,68%. Namun, jika dilihat peningkatan yang terjadi saat ini cenderung  terlihat temporary seperti yang disampaikan oleh Bank Indonesia juga, karena pada bulan April hingga Mei itu ada momentum Ramadhan serta Lebaran Idulfitri yang biasanya mendorong kenaikan konsumsi terutama dari sisi makanan dan minuman serta pakaian seperti yang terjadi pada kenaikan dari penjualan eceran bulan Mei. 

“Sehingga wajar apabila dari beberapa data ekonomi selain penjualan eceran itu juga cenderung mengalami kenaikan. Oleh karenanya kenaikan ini lebih bersifat temporary. Penahanan suku bunga juga dilakukan untuk membantu mendorong perekonomian nasional yang pada kuartal I/2021 juga masih cenderung terkontraksi.” 

Kemudian jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, kasus Covid-19 di domestik cenderung kembali mengalami kenaikan pascalibur lebaran. Kenaikan kasus Covid-19 di domestik juga menjadi salah satu faktor pemberat IHSG pada perdagangan kemarin yang bergerak cenderung kembali melemah. Para pelaku pasar juga harus berhati-hati dan tetap memperhatikan perkembangan yang ada terkait kasus Covid-19 yang terjadi di domestik terutama di DKI Jakarta yang mungkin bisa saja mengganggu kembali jalannya perekonomian nasional, sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 yang diproyeksikan akan tumbuh hingga 8% juga meleset. Aca

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post CIMB Niaga Dorong Womenpreneur Bangkit
Next Post MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 18 Juni 2021

Member Login

or