Media Asuransi – Laju pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan dipengaruhi beberapa data ekonomi seperti rilis data penjualan motor domestik serta data ketenagakerjaan AS dan penjualan ritel AS.
Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, Regina Fawziah, memaparkan bahwa untuk katalis hari Jumat ada beberapa data ekonomi yang perlu diperhatikan oleh para pelaku pasar, di antaranya rilis data penjualan motor domestik selama bulan Agustus yang sebelumnya sempat tumbuh signifikan sebesar 28,9% bulan Juli (yoy).
“Kemudian dari AS akan rilis juga data foreign bond investment yang menjelaskan seberapa banyak asing yang berinvestasi di bond market AS dalam kondisi saat ini yang nantinya menjelaskan juga risiko pasar yang terjadi saat ini seperti apa. Dan bisa juga dikorelasikan dengan equity market-nya.”
|Baca juga; Vaksinasi Covid-19 Nasional Jadi Katalis Kuat Laju IHSG
Menurutnya, untuk saham-saham yang bisa dicermati pada perdagangan hari ini antara lain: AKRA, PGAS, BBCA dan MYOR.
Regina menjelaskan, dari beberapa data ekonomi domestik pada bulan Agustus yang telah rilis dalam pekan ini tercatat cukup membaik jika dibandingkan dengan bulan Juli, seperti neraca perdagangan yang tercatat surplus US$4,74 miliar pada Agustus 2021 dari US$2,31 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan jauh di atas konsensus pasar sebesar US$2,36 miliar.
Surplus tersebut terjadi karena ekspor melonjak 64,1% dibandingkan tahun sebelumnya ke rekor US$21,42 miliar, didorong oleh produk non-migas (63,43%) dan produk minyak dan gas ( 77,93%) serta adanya kenaikan dari harga komoditas dan pemulihan lebih lanjut dalam permintaan global. Impor melonjak lebih rendah 55,26% menjadi US$16,68 miliar, karena pembelian nonmigas melonjak 49,39% sementara pembelian minyak dan gas melonjak 115,75%.
Selain itu, impor meningkat juga karena adanya pelonggaran pembatasan Covid-19 karena vaksinasi meningkat di dalam negeri. Namun, positifnya data indikator ekonomi domestik ini masih belum mampu mengangkat indeks berada di zona hijau karena katalis negatif dari regional akibat penyebaran kasus Covid-19 varian delta lebih mendominasi.
“Menurut kami katalis ini menjadi salah satu pendorong optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II/2021. Selain itu, data penjualan mobil juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik yakni 123,5% secara yoy, meskipun pertumbuhan ini masih jauh lebih rendah dibandingkan pada bulan Juli yakni 163,55%. Kenaikan tersebut masih ditopang adanya efek dari PPNBM 0 persen yang dilakukan oleh pemerintah dan sudah berakhir pada bulan Agustus lalu.”
|Baca juga; Erdikha Sekuritas: Laju IHSG Rawan Aksi Profit Taking
Selain dari domestik, sambung Regina, pergerakan IHSG cenderung masih tertahan juga karena adanya kenaikan kasus Covid-19 di China yang kini tak terhindarkan lagi, beberapa wilayah telah melakukan kebijakan pembatasan sosial bahkan lockdown guna meminimalkan penyebaran yang lebih lanjut. Berdasarkan data terakhir China juga mulai meningkatkan angka testing guna mendeteksi lebih dini masyarakat yang sudah tertular oleh varian baru Covid-19 ini.
Pemeriksaan telah dipasang di stasiun tol di sekitar kota Putian di provinsi Fujian, dengan selusin di antaranya ditutup seluruhnya. Kota-kota terdekat Xiamen dan Quanzhou juga telah membatasi perjalanan karena varian delta menyebar ke seluruh wilayah. Bahkan penyebaran virus delta ini juga sudah memasuki lingkup sekolah di Fujian setelah salah satu ayah siswa terdeteksi positif.
Gelombang terbaru ini datang sebulan setelah China mengatasi wabah Nanjing -yang terbesar sejak Wuhan. “Dengan adanya hal ini, selama dua hari dalam pekan ini bursa regional cenderung melemah terutama Hang seng dan Shanghai Composite Index. Tidak hanya kedua indeks itu, indeks domestik pun ikut melemah meskipun adanya katalis posiif dari indikator ekonomi domestik.”
Lebih lanjut, Regina menjelaskan berdasarkan kalender ekonomi yang ada, pada Kamis malam akan rilis data ketenagakerjaan US mengenai klaim pengangguran yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan setelah hampir 2 pekan mengalami penurunan, yakni sebesar 330.000 dari 310.000 sampai dengan tanggal 11 September 2021.
Kemudian akan rilis juga data penjualan ritel AS selama bulan Agustus yang diproyeksikan akan tumbuh melambat menjadi 13% dari sebelumnya 15,8%. Apabila rilisnya sesuai proyeksi dari data US tersebut maka ada potensi pelemahan indeks bursa AS akan berpengaruh terhadap pergerakan bursa regional terutama Indonesia.
Namun demikian, sebenarnya kenaikan kembali dari data klaim pengangguran ini menjadi salah satu faktor bagi The Fed dalam mempertimbangkan kebijakan yang akan dilakukan ke depan, salah satunya skema pengurangan pembelian surat berharga yang sudah dicanangkan akan dilakukan pada tahun ini hingga akhir tahun. Ditambah lagi kasus Covid-19 di AS juga saat ini tengah meningkat kembali, dan beberapa aktivitas dil uar rumah juga sudah mulai dibatasi. Sehingga pertemuan The Fed selanjutnya kemungkinan akan mendiskusikan skema tapering-off tersebut dan arah kebijakan bank sentral ini di tengah kondisi AS yang pemulihan ekonominya mulai sedikit melambat.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News