1
1

Fitch Afirmasi Peringkat Japfa Comfeed (JPFA) BB- Outlook Stabil

Kantor Fitch Ratings. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk di ‘BB-‘. Outlook adalah Stabil.

Fitch juga telah mengafirmasi peringkat obligasi US$350 juta dan peringkat senior tanpa jaminan Japfa di ‘BB-‘. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang Japfa di ‘A+(idn)’. Outlook adalah Stabil.

Dikutip dari keterangan resmi Fitch, afirmasi peringkat tersebut merefleksikan ekspektasi Fitch bahwa leverage akan tetap berada di bawah sensitivitas negatif sebesar 2,5x meskipun profitabilitas kemungkinan akan turun. Fitch memperkirakan margin EBITDA akan melemah di bawah 9% (2021: 10,2%) di 2022 dan 2023 karena harga bahan baku yang tinggi.

Kami percaya perusahaan akan mempertahankan kemampuannya secara parsial untuk meneruskan kenaikan harga bahan baku ke konsumennya dengan menaikkan harga pakan hewan.

|Baca Juga: Berharap Tren Perbaikan Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Berlanjut

Kegiatan operasi hilir dan midstream perusahaan telah mendukung profitabilitas dan memperlihatkan manfaat dari kegiatan operasional Japfa yang terintegrasi secara vertikal. Namun, kenaikan harga bahan baku yang lebih cepat, kemampuan lebih lemah untuk meneruskan biaya yang lebih tinggi, belanja modal yang lebih besar serta pembayaran dividen yang lebih tinggi dari ekpektasi kami dapat meningkatkan leverage lebih besar dari sensitivitas negatif kami.

Peringkat nasional di kategori ‘A’ menunjukkan ekspektasi akan risiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.

Net debt/EBITDA Japfa setelah konsolidasi proporsional beberapa anak perusahaan kemungkinan akan mencapai 2,4x di 2022 dan 2023 (2021: 2,1x) karena EBITDA yang lebih rendah dan utang yang naik. Fitch memperkirakan EBITDA untuk berada di kisaran Rp4,2 triliun dan Rp4,5 triliun pada dua tahun ini dari sekitar Rp4,6 triliun di 2021.

Fitch percaya harga yang tinggi atas bahan baku utama, jagung dan soybean meal, akan membuat margin EBITDA melemah ke 8,7%-9% di 2022 dan 2023 (1H22: 10%) sebelum membaik ke lebih dari 9% di 2024.

Japfa akan dapat meneruskan kenaikan harga secara parsial tapi menurut kami penyesuaian harga jual tidak akan sama cepat dan sama besar dengan kenaikan harga bahan baku. Kami telah mengasumsikan sedikit kenaikan pada harga beli rata-rata jagung dan soybean meal untuk memperhitungkan risiko ketidakseimbangan permintaan dan persediaan yang berlanjut karena krisis geopolitik dan juga efek cuaca dan iklim.

Fitch memperkirakan belanja modal Japfa sebesar Rp1,7 triliun-Rp1,8 triliun di 2022 dan 2023 karena perusahaan hanya membelanjakan kurang dari Rp700 miliar di 1H22. Fitch memperkirakan belanja modal akan naik ke sekitar Rp2 triliun di 2024 karena perusahaan akan berkembang dan melakukan modernisasi peternakan dan fasilitas produksinya, dan juga membangun fasilitas pengeringan jagung yang baru, untuk memenuhi volume penjualan yang lebih tinggi. Belanja modal yang lebih tinggi dari ekpektasi kami akan membatasi kemampuannya untuk deleveraging karena tekanan margin arus kas.

|Baca Juga: Bedah Saham: Berharap Laba Kuartal IV/2021 Japfa (JPFA) Berbalik Positif

Tekanan arus kas bebas Japfa juga dapat diperburuk oleh pengembalian pemegang saham yang naik, terutama di 2022. Perusahaan telah membayar dividen sekitar Rp725 miliar di 1H22, jauh lebih tinggi dari Rp490 miliar di 2021 dan Rp258 miliar di 2020. Fitch memperkirakan pembayaran dividen akan turun di 2023 karena arus kas yang lebih kecil akibat profitabilitas yang lebih lemah dan belanja modal yang lebih tinggi.

Namun, pembayaran dividen yang lebih tinggi dari ekpektasi kami akan memperlambat deleveraging dan mengurangi headroom leverage.

Japfa juga telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan program pembelian saham kembali hingga Rp350 miliar, yang diperkirakan akan dieksekusi secara parsial di 2022 dan 2023. Namun, Fitch tidak mengharapkan perusahaan untuk menggunakan keseluruhan limitnya hingga 2023 karena perusahaan tidak melakukan pembelian kembali di 1H22.

Operasional hilir dan midstream Japfa di peternakan komersial dan pengolahan unggas dan makanan akan menopang profitabilitas pada saat operasional hulunya sedikit melemah. Harga produk hilir kemungkinan akan lebih stabil dibandingkan dengan harga day-old-chicks (DOC) karena Japfa memiliki kekuatan tawar yang lebih tinggi untuk menaikkan harga karena produk ini sebagian besar untuk konsumen akhir. Hal ini berlawanan dengan DOC dan produk pakan hewan yang targetnya adalah peternak, yang terpengaruh lebih besar oleh ketidakseimbangan permintaan konsumen dan pasokan DOC.

Japfa dapat diperingkat lebih tinggi dari perusahaan induk yang lebih lemah yang memiliki 55,43%, Japfa Ltd. (JL), karena akses dan kontrol yang ‘Porous’ dan ringfencing yang ‘Porous’, sesuai dengan Parent and Subsidiary Linkage Rating Criteria Fitch. Utang dolar AS Japfa, yang menyumbang sekitar 45% dari total utang di akhir Juni 2022, memiliki beberapa pembatasan atas pembayaran dividen dan transaksi afiliasi. Hal ini, ditambah dengan pencatatan Japfa pada Bursa Efek Indonesia, memberikan sebuah mekanisme ringfencing, dalam pandangan Fitch.

Japfa juga mendapatkan pendanaan non-ekuitas secara independen dari JL. Manajemen perusahaan induk juga telah menunjukkan niatnya untuk melakukan pemisahan antara operasional protein hewani JL di Indonesia dengan pasar yang lainnya dalam presentasi publik. Hal ini, bersama dengan kehadiran non-pengendali yang signifikan, membuat penilaian akses dan kontrol menjadi ‘Porous’.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Satgas Waspada Investasi Temukan 13 Investasi Ilegal dan 71 Pinjol Ilegal
Next Post Asuransi Central Asia (ACA) Diganjar Peringkat idAA- Outlook Stabil

Member Login

or