1
1

Fitch Afirmasi Peringkat Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) A+ Outlook Stabil

Tugu Reasuransi salah satu perusahaan reasuransi Indonesia. | Foto: tugure.id

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat National Insurer Financial Strength (IFS) PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) di ‘A+(idn)’ dengan Outlook Stabil.

Tindakan pemeringkatan tersebut mencerminkan posisi permodalan Tugure yang memuaskan, yang diimbangi oleh kinerja underwriting yang fluktuatif akibat tingginya eksposur Perusahaan terhadap properti dan asuransi kredit jangka panjang. Peringkat tersebut juga mencerminkan profil perusahaan yang ‘Moderat’ dan risiko investasi yang terbatas,” tulis Fitch dalam keterangan resminya.

Peringkat IFS Nasional ‘A’ menunjukkan kapasitas yang kuat untuk memenuhi kewajiban pemegang polis relatif terhadap seluruh kewajiban atau penerbit lainnya di negara atau kesatuan moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.

Fitch menerangkan kapitalisasi Tugure, yang diukur dengan rasio modal berbasis risiko (RBC), masih berada di atas persyaratan peraturan minimum sebesar 120%. Namun, angka tersebut turun menjadi 209% pada akhir September 2023 dari 249% pada akhir tahun 2022, menyusul penambahan cadangan untuk bisnis asuransi kredit. Rasio tersebut sedikit meningkat dibandingkan 201% pada akhir September 2022. Perseroan mempertahankan rasio tersebut di atas 200% dalam tiga tahun terakhir.

|Baca juga: Tugu Insurance Kaji Kemungkinan Jadi Induk KUPA

Sementara itu, rasio kerugian mencapai 71% pada 9 bulan 2023, dari 65% pada tahun 2022, karena cadangan klaim yang lebih tinggi dari asuransi kredit dan tingginya klaim dari bisnis properti. Asuransi kebakaran dan asuransi kredit memberikan kontribusi terbesar masing-masing sebesar 33% dan 20% dari total premi bruto (GPW). Rasio kerugian asuransi kredit sebesar 76% pada 9 bulan 2023 telah meningkat selama tiga tahun terakhir (2022: 73%, 2021: 56%) karena tingginya gagal bayar.

Fitch memperkirakan rasio gabungan akan tetap fluktuatif, karena eksposur perusahaan terhadap risiko klaim dari bisnis properti dan asuransi kredit jangka panjang di tengah pengetatan syarat dan ketentuan serta peningkatan cadangan. Rasio gabungan non-jiwa meningkat menjadi 106% pada 9 bulan 2023, dari 102% pada tahun 2022, setelah Tugure menambah cadangan klaimnya untuk bisnis asuransi kredit. Rata-rata tiga tahun adalah 104% dibandingkan tahun 2020-2022.

Pertumbuhan GPW perusahaan melambat menjadi 3% yoy pada 9 bulan 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 24% pada tahun 2022, karena perusahaan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil underwriting dibandingkan berfokus pada pendapatan tertinggi. Pertumbuhan ini sedikit di atas pertumbuhan pasar reasuransi yang turun sebesar 1% pada 8 bulan 2023. Fitch meyakini pertumbuhan di atas rata-rata menimbulkan risiko, terutama terhadap kapitalisasi dan kinerja keuangan perusahaan reasuradur.

Fitch menilai profil perusahaan Tugure adalah ‘Moderat’, berdasarkan profil bisnis ‘Moderat’ dan tata kelola perusahaan ‘Less Favourable’ dibandingkan dengan reasuradur domestik lainnya.

|Baca juga: Tugure Berhasil Catatkan Kinerja Positif di Kuartal III/2023

Penilaian profil bisnis Fitch mencerminkan waralaba substantif, profil risiko yang setara dengan sektor dan lini bisnis yang terdiversifikasi. Lebih dari 90% bisnisnya berasal dari segmen non-jiwa dan sebagian besar bisnisnya bersumber dari Indonesia, dengan lebih dari separuh bisnisnya bergerak di bidang asuransi fakultatif berdasarkan hasil 9 bulan 2023. Perusahaan menguasai 12% pangsa pasar berdasarkan GWP di pasar reasuransi Indonesia pada tahun 2022. Penilaian tata kelola perusahaan disebabkan kurangnya anggota independen di dewan komisaris.

Fitch menganggap risiko investasi Tugure terbatas mengingat eksposurnya terhadap aset berisiko dapat dikelola. Selain itu, portofolio investasinya tetap likuid, dengan kas, setara kas, dan sekuritas pendapatan tetap menyumbang sekitar 76% dari aset yang diinvestasikan pada akhir tahun 2022.

Tugure mengalokasikan sebagian besar aset yang diinvestasikan pada surat berharga pendapatan tetap yang diterbitkan pemerintah dan korporasi dengan peringkat setidaknya ‘AA’ pada skala nasional untuk obligasi swasta dan ‘A’ untuk obligasi badan usaha milik negara. Portofolio sisanya terdiri dari berbagai instrumen, antara lain saham dan reksa dana.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PT Sun Life Financial Indonesia: Tidak Bisa ‘Lari’ dari Digitalisasi
Next Post Jokowi Hadiri Acara Sail Teluk Cendrawasih

Member Login

or