Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Issuer Default Ratings (IDR) dan peringkat mata uang asing senior tanpa jaminan operator telekomunikasi Indonesia PT Indosat Tbk pada ‘BBB-‘. Outlook adalah Stabil.
Fitch Ratings secara bersamaan menaikkan Peringkat Nasional Jangka Panjang dan seluruh obligasi senior tanpa jaminan dan sukuk mata uang Rupiah menjadi ‘AA+(idn)’, dari ‘AA(idn)’. Outlook adalah Stabil.
Dikutip dari keterangan resminya, Fitch menjelaskan afirmasi tersebut merefleksikan pandangannya bahwa EBITDA net leverage kemungkinan akan tetap berada di sekitar 1,3x-1,4x, sedikit di atas 1,3x, dimana tingkat di bawahnya dapat Fitch pertimbangkan sebagai tindakan pemeringkatan positif.
Fitch meyakini pertumbuhan EBITDA Indosat di 2023-2024 akan didorong oleh peningkatan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU), profitabilitas yang lebih baik dengan skala yang lebih besar, dan inisiatif penghematan biaya.
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Mengintip Katalis Pendongkrak Kinerja Indosat (ISAT)
Fitch yakin profil bisnis Indosat akan meningkat secara bertahap dengan posisi pasar nirkabel terbesar kedua dan kepemilikan spektrum yang besar, diversifikasi ke layanan fixed-broadband, ekspansi di luar Jawa dan skala EBITDA yang terus meningkat.
Peningkatan Peringkat Nasional disebabkan oleh peningkatan profil kredit dibandingkan dengan peer nasional setelah perusahaan melakukan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3i).
Peringkat Nasional ‘AA+’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.
Fitch memperkirakan EBITDA yang disesuaikan dengan sewa Indosat akan meningkat sebesar 18% pada tahun 2023 dan 5% pada tahun 2024, didorong oleh pertumbuhan pendapatan dan peningkatan EBITDA margin karena penghematan biaya. Fitch memperkirakan pendapatan akan meningkat 8% pada tahun 2023 menjadi Rp50,5 triliun dari perkiraan Rp47 triliun pada 2022, dan akan meningkat dengan persentase mid-single digit pada 2024-2025.
Fitch memperkirakan EBITDA margin sesuai definisi FItch akan meningkat secara bertahap menjadi 27%-28% selama 2023-2024 dari perkiraan 25% di tahun 2022.
“Kami perkirakan EBITDA net leverage akan meningkat dan bertahan pada 1,3x-1,4x selama 2023-2025, dari rata-rata sebesar 2,5x selama 2018-2021 (2022E: 1,3x). Namun, EBITDA net leverage dapat melemah jika pembayaran spektrum 5G mendatang atau dividen dari penjualan aset non-inti lebih besar dari perkiraan Fitch.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News