Media Asuransi, JAKARTA – Harga batubara melesat. Kekurangan pasokan di tengah tingginya permintaan jadi faktor pendongkrak harga si batu hitam.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 410,1/ton. Melonjak 9,01% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya sekaligus jadi yang tertinggi sejak 23 Mei.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Jeblok, Ada Apa?
Sepanjang Mei, harga batu bara membukukan kenaikan 37,02% secara point-to-point. Bulan sebelumnya, harga naik 19,08%.
Kabar dari India jadi pemicu kenaikan harga batu bara. Curah hujan tinggi di negara bagian Odisha, Jharkhand, Chhattisgarh, dan Bengal Barat membuat produksi batu bara terancam terganggu. Padahal daerah-daerah tersebut menyumbang hampir separuh produksi batu bara d Negeri Bollywood.
Baca juga: Dua Anak Usaha TOWR Kantongi Pinjaman Rp3 Triliun dari Bank Mandiri
Coal India, perusahaan batu bara milik negara, melaporkan produksi batu bara untuk tahun fiskal 2020/2021 adalah 596,22 juta ton. Turun 0,98% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan pertama dalam dua dekade. Penyebabnya adalah curah hujan tertinggi dalam 25 tahun terakhir.
Akibatnya, krisis listrik mengancam India. Maklum, nyaris 75% listrik di India diproduksi oleh pembangkit bertenaga batubara alias Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Untuk itu, India mempermudah proses impor batu bara dari negara-negara lain, termasuk Indonesia. Bulan lalu, Indonesia mengirim 10,85 juta ton batubara ke India. Melonjak hampir 70% dibandingkan April. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News