Media Asuransi, JAKARTA – Harga batu bara masih bergerak dalam tren pelemahan. Pada perdagangan Rabu, 27 April 2002, harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 314,90 per ton. Melemah 1,02% dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sudah melemah 12% point to point. Kendati demikian, dalam sebulan, emas hitam masih menguat 24,2% dan dalam setahun melesat 257,8%.
Terus melemahnya harga batu bara disebabkan membaiknya pasokan serta kebijakan energi hijau yang kembali digalakkan di tengah lonjakan harga batu bara.
Baca juga: OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil, Premi Asuransi Umum Tumbuh 3,8 Persen
Pasokan batubara meningkat setelah Rusia menjual batu bara mereka dengan harga murah serta China menggenjot produksinya. Sebagai catatan, produksi batu bara China mencapai 1,08 miliar ton pada kuartal I-2022, meningkat 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
India memproduksi 777,2 juta ton batu bara untuk tahun fiskal 2021/2022 yang berakhir Maret. Produksi tersebut naik 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan produksi membuat impor kedua negara menurun sehingga pasokan lebih longgar. Impor batu bara India pada April 2021-Februari 2022 anjlok 43% menjadi 42 juta ton.
Baca juga: Laba bersih Grup Astra kuartal pertama 2022 Naik 84,Persen
Sementara itu, impor batu bara China pada kuartal I/2022 mencapai 51,81 juta ton batu bara, turun 24,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, pentingnya percepatan transisi energi hijau kembali digalakkan menyusul lonjakan harga batu bara. Partai Hijau Australia meminta agar Negeri Koala segera menerapkan pajak ekspor sebesar US$ 1 untuk batu bara thermal dan US$ 3 untuk batubara metalurgi.
Sebagaimana diketahui, Australia akan menghadapi pemilu Mei mendatang dan penggunaan energi batu bara menjadi salah satu topik dalam kampanye pemilu.
Dari Minnesota, Amerika Serikat (AS), Xcel Energy sepakat untuk menutup tiga pembangkit listrik batu bara merek di Comanche, Colorado, hingga 2031. Keputusan tersebut akan mengakhiri pembangkit listrik batu bara di negara bagian tersebut.
Xcel Energy adalah perusahaan yang bergerak dalam industri utilitas listrik dan gas alam dan menyediakan listrik bagi 3 juta pelanggannya.
Sebelumnya, China juga mengumumkan akan menghentikan pembiayaan 15 proyek pembangkit listrik batu bara mereka di luar negeri. Survei Global Energy Monitor’s terbaru menunjukkan terdapat 34 negara yang mengajukan pembangunan pembangkit listrik baru, jumlah ini turun dibandingkan 41 negara saat survei dilakukan Januari 2021 lalu. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News