Media Asuransi, GLOBAL – Minyak mentah berjangka Brent dan Amerika Serikat awalnya naik lebih dari US$1 per barel pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB), setelah Departemen Energi AS mengatakan produksi minyak mentah akan tumbuh kurang dari perkiraan. Namun kemudian kehilangan sebagian keuntungannya.
Mengutip The Business Times, Rabu, 7 Februari 2024, minyak mentah berjangka Brent menetap di US$78,59 per barel, naik 60 sen AS atau 0,77 persen. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 53 sen AS atau 0,73 persen menjadi menetap di US$73,51.
Dalam Prospek Energi Jangka Pendek, Departemen Energi AS mengatakan produksi AS akan tumbuh sebesar 170.000 barel per hari (bpd) tahun ini. Angka itu turun dari perkiraan kenaikan sebelumnya sebesar 290.000 barel per hari.
|Baca: Kemnaker: Perusahaan Wajib Beri Upah Lembur bagi Karyawan yang Tetap Kerja saat Pemilu!
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam perjalanan ke Timur Tengah untuk mengakhiri Perang Gaza, mengatakan jawaban Hamas terhadap proposal gencatan senjata sedang ditinjau. “Ada optimisme hati-hati di pasar bahwa Anda akan melihat gencatan senjata,” kata John Kilduff, mitra Again Capital.
Harga emas melemah
Di sisi lain, harga emas melemah dan mendekati level terendah dalam hampir dua minggu pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Emas terbebani oleh menguatnya dolar AS dan meningkatnya imbal hasil treasury, karena para pedagang mengurangi ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga secara agresif tahun ini.
|Baca: Simak 4 Rekomendasi Saham Hari ini di Tengah IHSG Rawan Koreksi
Harga emas di pasar spot datar di US$2,025.24 per ons pada 0216 GMT, setelah mencapai level terendah sejak 25 Januari di sesi sebelumnya. Emas berjangka AS turun tipis 0,1 persen menjadi US$2.041,30 per ons. Perak di pasar spot turun 0,1 persen menjadi US$22,33 per ons, paladium naik 0,4 persen menjadi US$952,44, dan platinum naik tipis 0,2 persen.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News