Media Asuransi, JAKARTA – Sebagai pengingat bahwa Hari Asuransi tidak hanya menjadi milik mereka yang berada di dalam industri asuransi, perlu ditingkatkan literasi bagi masyarakat dan harus dilakukan secara masif. Hal itu disampaikan oleh Ketua Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APPARINDO) Yulius Bhayangkara.
Yulius mengatakan bahwa ketika perayaan Hari Asuransi, yang datang dan menikmati hanyalah mereka yang sudah berkecimpung pada dunia asuransi. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan oleh wartawan Media Asuransi Benjamin D Hana bersama Ketua Apparindo Yulis Bhayangkara baru-baru ini di kantor pusat APPARINDO. Berikut petikannya:
Untuk Hari Asuransi, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh APPARINDO dan apa tema hari asuransi tahun ini?
Sebenarnya kepanitiaan Hari Asuransi digilir, tahun sebelumnya oleh APPARINDO. Jadi APPARINDO kebagian saat pandemi agak susah juga waktu itu. Nah, sekarang ini dari APKAI ditunjuk sebagai ketua panitianya.
Temanya asuransi pasti berhubungan soal literasi, inklusi keuangan, dan segala macam. Jadi kita selalu mendukung dari asuransi, karena harapannya adalah membumikan hal ini ke masyarakat. Memang itu yang terus didorong saat ini.
Yang terus didorong adalah memastikan bahwa Hari Asuransi itu kemudian bukan cuma pestanya orang asuransi, nah ini memang sering kejadian. Jadi acara-acara asuransi apapun bentuknya, itu yang datang ya orang asuransi, yang tampil ya orang asuransi.
Apa keinginan Anda?
Maksud saya adalah harapan sebenarnya yang ingin didorong keluar adalah momen Hari Asuransi ini harusnya keluar dari komunitas asuransi. Jadi menjangkau komunitas non asuransi, kan ini berhubungan dengan literasi.
Baca Juga: Hari Asuransi 2023, Ketua AAUI: Perlu Kolaborasi untuk Lakukan Edukasi & Literasi
Kalau sekarang, literasi yang datang orang asuransi juga kan orang asuransi pasti sudah paham soal literasi, tapi orang di luar itu (yang perlu datang). Jadi menurut saya program-program hari asuransi pasti kita dukung, karena filosofi di belakangnya adalah meningkatkan literasi dan pemahaman tentang keuangan dan segala macam.
Poin berikutnya menurut saya adalah bagaimana kemudian memastikan momentum Hari Asuransi itu kemudian diberikan ke orang awam yang nonasuransi, karena kalau enggak ya dampaknya enggak akan kena.
Kalau Anda melihat pertumbuhan perasuransian dari tahun ke tahun seperti apa dan bagaimana kira-kira pertumbuhan ke depan?
Saat ini kalau saya lihat industri asuransi sedang dalam proses recovery, masih hardening. Maksudnya begini risiko-risiko yang ada di luar itu tidak selalu bisa di-absorb oleh industri asuransi sehingga tidak match. Itu sebenarnya temporary hardening kan begitu supply demand-nya.
Menurut saya yang harus diterapkan di Indonesia saat ini adalah banyaknya, ketika marketing tampaknya semua pihak asuransi ini punya pola-pola sendiri-sendiri. Kadang-kadang di dalam grand design besarnya itu enggak dapat.
Contohnya, begini hardening market Indonesia sebenarnya salah satu hal yang terlihat adalah kesulitan di pasar ya asuransi ini. Kemudian pasar asuransi Indonesia melakukan konsolidasi terhadap kondisi yang terjadi. Namun, tampaknya ketika perbaikan terjadi di sektor asuransi itu sebaiknya berkoordinasi dengan teman yang lain.
Karena kalau enggak yang depannya berantakan, ini selalu begitu. Ini harusnya menurut saya, kita bisa duduk bersama untuk bisa memecahkan masalah tapi sekali lagi ini temporer. Kita tetap percaya Indonesia pasti tetap menarik, APPARINDO jaringan asosiasi kita tahu bahwa cukup banyak investor asing masuk ke Indonesia. Untuk membeli pialang-pialang asuransi di Indonesia. Ini menunjukan bahwa prospek Indonesia sangat besar. Kita percaya bahwa 2045 Indonesia Emas, karena memang Indonesia secara ekonomi akan masuk pasar dunia dan menjadi negara maju bukan berkembang lagi. Saya percaya progres ini, ke depan Indonesia tetap menarik dan tetap bagus termasuk asuransinya.
Nah yang harus dibereskan sebenarnya adalah ketika ada masalah-masalah yang sifatnya temporer pastikan bahwa kita survive. Seringkali kadang-kadang akhirnya tidak survive, menurut saya dan selalu saya sampaikan ke teman-teman juga.
Kalau untuk APPARINDO sendiri, seperti apa literasi dan edukasi ke masyarakat terhadap asuransi itu sendiri dan apa tantangan di masyarakat?
Jadi sebenarnya begini, tampaknya literasi kan sudah tinggi, tapi nyatanya pembeliannya sangat rendah. Itu orang mengerti tapi mereka enggak hobi, jadi antara orang mengerti sama orang yang enggak jauh. Ada beberapa hal yang sebenarnya harus kita lihat.
Pertama, jangan-jangan ini masalah confident, kalau kita tahu ada roti yang enak berguna tapi kita enggak mau beli. ‘Kan itu muncul pertanyaan kenapa enggak mau beli, padahal tahu bahwa enak. Jangan-jangan kita tidak confident dengan itu. Bukan manfaatnya yang kita pertanyakan, tapi kalo gue beli, gue dapat manfaatnya atau tidak.
Jadi pertama, ini masalah confident, kasus-kasus yang terjadi itu memang memang membuatnya memburuk. Kasus-kasus besar yang terjadi di dunia asuransi menurut saya itu juga tidak terlalu menggembirakan.
Baca Juga: Selamat Hari Asuransi 2023, Literasi Jadi Kunci Penetrasi
Sekarang, kami berharap tentu dengan media. Makanya kerja sama dengan Media Asuransi dan segala macam. APPARINDO juga rutin sebenarnya selalu masuk ke kampus. Bahkan kita jadi pengajar, jadi secara bergantian menjadi pengajar. Terakhir kita kerja sama dengan UIN SMH Banten.
Itu sebenarnya bagian dari literasi, memperkenalkan langsung ke anak-anak yang lebih mudah. Termasuk juga memastikan orang-orang yang berbicara itu ternyata capable bukan orang sembarangan. Karena asumsi-asumsi yang ada sekarang, orang asuransi itu penjual. Lalu, kalau pas ada masalah enggak ada karena dia cuma sales. Tapi masyarakat tidak tahu bahwa asuransi itu buat hari tua.
Hal- hal seperti ini mau enggak mau kita harus kerja sama. Nah ini sekali lagi dengan media dan seluruh stakeholder. Menampilkan figur-figur asuransi yang accountable. Jadi kami masuk ke universitas menyampaikan apa itu pialang asuransi dan sebagainya. Kita juga pernah bekerja sama dengan kepolisian untuk memahami tentang asuransi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News