Media Asuransi, JAKARTA – Hingga Juli 2022, pendapatan negara tercapai Rp1.551,0 triliun atau 68,4% dari pagu atau tumbuh 50,3 persen.
Dikutip dari keterangan resmi Kementerian Keuangan, Jumat, 12 Agustus 2022, secara nominal, realisasi komponen pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan perpajakan mencapai Rp1.213,5 triliun, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp337,1 triliun dan hibah Rp0,34 triliun.
Realisasi penerimaan pajak sampai dengan akhir Juli 2022 tercapai sebesar Rp1.028,5 triliun (69,3% dari pagu) atau tumbuh 58,8% (yoy). Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik pada periode Januari-Juli 2022 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (i) Tren peningkatan harga komoditas, (ii) Pertumbuhan ekonomi yang ekspansif dan tingkat permintaan yang terus membaik (domestik dan luar negeri), (iii) Basis yang rendah pada tahun 2021 akibat pemberian insentif fiskal, dan (iv) Dampak implementasi PPS.
|Baca juga: Pendapatan Negara Hingga Semester I/2022 Capai 58,1% dari Target APBN
Kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari dampak kenaikan harga komoditas hingga Juli 2022 mencapai Rp174,8 triliun meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,6 triliun, sedangkan dampak penerapan PPS hingga Juli 2022 mencapai Rp61,0 triliun.
Penerimaan kepabeanan dan cukai terealisasi sebesar Rp185,1 triliun (61,9% dari pagu) atau tumbuh 31,1% (yoy). Penerimaan bea cukai meliputi bea masuk, bea keluar, dan cukai masih tumbuh double digit didorong penguatan harga komoditas (terutama gas) dan percepatan ekspor serta masih tingginya HPE.
Penerimaan bea masuk mencapai Rp27,35 triliun atau tumbuh sebesar 31,5% (yoy), didorong tren perbaikan kinerja impor nasional terutama sektor perdagangan dan sektor industri. Penerimaan cukai mencapai Rp122,14 triliun atau tumbuh sebesar 20,6% dipengaruhi efektivitas kebijakan tarif, lonjakan produksi bulan Maret (efek kenaikan tarif PPN) dan efektivitas pengawasan. Penerimaan bea keluar mencapai Rp31,41 triliun atau tumbuh sebesar 97,8%, akibat tingginya harga komoditas, kenaikan tarif BK produk kelapa sawit, dan kebijakan Flush Out.
|Baca juga: Realisasi APBN per Juni 2022 Surplus 0,39% terhadap PDB
Kinerja PNBP sampai dengan akhir Juli 2022 mencapai Rp337,1triliun (70,0% dari pagu). PNBP tetap tumbuh terutama didorong kenaikan pendapatan SDA, PNBP layanan K/L dan Pendapatan KND (dividen BUMN). Realisasi PNBP SDA tumbuh 93,6%, terutama didorong kenaikan rata-rata ICP (meski lifting migas turun) dan HBA.
Selanjutnya, realisasi PNBP SDA non-migas tumbuh 102,6%, terutama disumbang dari sektor pertambangan minerba dan sektor perikanan. Selanjutnya, realisasi PNBP dari KND tumbuh 39,8%, terutama berasal dari dividen BUMN perbankan yang tumbuh 80,9%. Realisasi PNBP lainnya tumbuh 34,0%, didorong pendapatan penjualan hasil tambang. Sementara itu, realisasi PNBP dari BLU terkontraksi 18,61% akibat turunnya pendapatan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News