Dikutip dari keterangan resmi Kementerian Keuangan, pemerintah menyatakan pertumbuhan pendapatan yang masih tinggi sebagai bukti pemulihan ekonomi yang terus terjaga, sokongan harga komoditas yang masih di level relatif tinggi, dan dampak berbagai kebijakan.
Secara nominal, realisasi komponen Pendapatan Negara yang bersumber dari penerimaan Pajak mencapai Rp1.310,5 triliun, penerimaan Bea dan Cukai sebesar Rp232,1 triliun, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp431,5 triliun.
Kinerja penerimaan pajak masih tumbuh positif, konsisten sejak April 2021 sejalan dengan pemulihan ekonomi. Realisasi penerimaan Pajak sampai dengan akhir September 2022 tercapai sebesar Rp1.310,5 triliun (88,3% dari Pagu) atau tumbuh 54,2% (yoy).
|Baca juga: Realisasi Belanja Negara per September 2022 Terserap 61,6%
Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik pada hingga akhir triwulan ketiga tahun 2022 masih dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, basis rendah tahun 2021, serta implementasi UU HPP seperti penyesuaian tarif PPN, PPN PMSE, serta Pajak Fintech dan Kripto.
Penerimaan Kepabeanan dan Cukai terealisasi sebesar Rp232,1 triliun (77,6% dari Pagu) atau tumbuh 26,9% (yoy). Penerimaan Bea Cukai meliputi Bea Masuk, Bea Keluar dan Cukai masih tumbuh double digit didukung kinerja positif seluruh komponen.
Penerimaan Bea Masuk mencapai Rp36,29 triliun atau tumbuh sebesar 31,6% (yoy), didorong tren perbaikan kinerja impor nasional terutama Sektor Perdagangan dan Sektor Industri. Penerimaan Cukai tercapai sebesar Rp158,8 triliun, atau tumbuh sebesar 19,6% dipengaruhi efektivitas kebijakan tarif dan pengawasan.
Penerimaan Bea Keluar mencapai Rp37,04 triliun atau tumbuh sebesar 64,2%, didorong tingginya harga komoditas serta peningkatan tarif dan volume ekspor komoditas CPO dan turunannya.
|Baca juga: Hingga September 2022, APBN Catatkan Surplus Anggaran 0,33% dari PDB
Kinerja PNBP sampai dengan akhir September 2022 mencapai Rp431,5 triliun (89,6% dari Pagu). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi PNBP tumbuh 34,4% (yoy) yang terutama didorong dari Pendapatan SDA, KND, dan PNBP Lainnya. Realisasi PNBP SDA migas tumbuh 76,8% (yoy), terutama didorong kenaikan rata-rata ICP selama delapan bulan terakhir.
Selanjutnya, realisasi PNBP SDA non-migas tumbuh 100,7% (yoy), terutama disebabkan kenaikan pendapatan pertambangan minerba. Selanjutnya, realisasi PNBP dari KND tumbuh 37,6%, terutama berasal dari dividen BUMN Perbankan yang tumbuh 80,9%.
Realisasi PNBP lainnya tumbuh 41,1%, didorong Pendapatan Penjualan Hasil Tambang. Sementara itu, realisasi PNBP dari BLU terkontraksi 27,2% akibat turunnya Pendapatan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News