Media Asuransi, JAKARTA – Riset IFG Progress mengungkapkan bahwa pengembangan industri asuransi syariah di Indonesia belum menunjukkan kondisi yang potensial untuk berkembang. Hal tersebut seiring dengan masih banyaknya tantangan yang perlu dibenahi baik dari sisi demand, supply, dan kebijakan spin-off.
Dikutip dari Economic Bulletin-Issue 27 bertajuk Asuransi Syariah #2: An Underexplored Market, Tim Riset IFG Progress menerangkan tantangan dari sisi demand, berasal baik dari faktor yang mendasar seperti literasi dan awareness yang rendah, kemampuan daya beli yang masih rendah, sustainability pembayaran premi dan preferensi produk yang terbatas, hingga kondisi permintaan yang masih rentan dipengaruhi kondisi business cycle.
|Baca juga: Asuransi Syariah Masih Belum Mau Melirik Kendaraan Listrik ?
Sementara dari sisi supply, tantangan industri asuransi syariah bersumber dari produk yang kurang terdiferensiasi, lack of shariah investment options, kinerja instrumen investasi syariah yang belum kompetitif dengan konvensional, hingga kinerja unitlink syariah yang masih di bawah kinerja unitlink konvensional.
Menurut IFG Progress, industri asuransi syariah Indonesia yang masih didominasi oleh unit usaha dan belum melakukan pemisahan entitas atau full fledged (terpisah dari perusahaan induk) juga menjadi tantangan yang besar bagi pengembangan industri asuransi syariah Indonesia dan sedang didorong untuk dapat terimplementasi pada tahun 2024.
Oleh karena itu, upaya pengembangan industri asuransi syariah sangat membutuhkan dukungan dan sinergitas yang optimal baik dari sisi pemerintah sebagai regulator, pelaku industri, hingga masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk asuransi syariah.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
