1
1

IMF: Dampak Perang Dagang Lebih Berat Dibandingkan Saat Covid 19

IMF. | Foto: IMF

Media Asuransi, GLOBAL – Perang dagang yang diluncurkan Presiden AS Donald Trump menghadirkan tantangan yang lebih berat bagi para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang daripada saat krisis Covid-19 lima tahun lalu, seorang pejabat tinggi di International Monetary Fund (IMF) telah memperingatkan.

Gita Gopinath, wakil direktur pelaksana pertama IMF tersebut, mengatakan dampak tarif yang tidak dapat diprediksi pada ekonomi negara berkembang dan pasar global akan membuat para bankir sentral sangat sulit untuk mendukung ekonomi mereka.

|Baca juga: Sri Mulyani Desak IMF dan World Bank Lebih Lincah Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global

“Pada tahap awal pandemi, bank sentral membuat kebijakan seragam yaitu melonggarkan kebijakan moneter dengan sangat cepat, tetapi kali ini guncangan tersebut memiliki efek yang berbeda,” kata Gopinath kepada Financial Times, Kamis, 5 Juni 2025.

“Kali ini tantangannya akan lebih besar bagi mereka dibandingkan dengan pandemi,” tambahnya.

Pasalnya, para pejabat Federal Reserve telah memberi isyarat bahwa mereka belum siap untuk menurunkan suku bunga sampai mereka yakin tarif tidak akan semakin memicu inflasi. Namun, bagi pasar berkembang yang menghadapi hambatan perdagangan AS yang lebih tinggi, situasinya tampak “lebih seperti guncangan permintaan”, kata Gopinath, yang berarti inflasi dan pertumbuhan yang lebih lambat.

|Baca juga: Jadwal Operasional BCA (BBCA) Selama Libur dan Cuti Bersama Iduladha 2025

Situasinya kontras dengan awal pandemi, ketika bank sentral memangkas suku bunga atau
mengumumkan program pembelian obligasi untuk mencoba dan membantu memulihkan pertumbuhan di negara-negara kaya dan menengah.

“Ketika kita memiliki perbedaan seperti ini, Anda dapat berakhir dengan pengetatan kondisi keuangan global, dan pasar negara berkembang sangat sensitif terhadap perubahan seperti itu di pasar global,” kata Gopinath.

Mata uang dan saham pasar negara -negara berkembang sebagian besar telah pulih dalam dua bulan sejak Trump mengumumkan tarif “timbal balik” yang luas, karena investor bertaruh bahwa bank sentral akan sebagian besar bebas untuk merangsang ekonomi mereka meskipun ada risiko bahwa suku bunga yang lebih tinggi di negara-negara maju akan menarik modal.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Sesi I Lanjut Menguat di Tengah Stimulus Ekonomi
Next Post Nikkei Melemah Respons Data Ekonomi AS

Member Login

or