BALI, Indonesia, 11 Oktober 2018 – International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Group (WBG) meluncurkan Agenda Fintech Bali, yakni 12 elemen kebijakan yang bertujuan membantu negara-negara anggota untuk memanfaatkan peluang dari kemajuan pesat financial technology (fintech) dalam penyediaan layanan perbankan, sementara pada saat yang sama mengelola risiko yang melekat. Peluncuran Bali Fintech Agenda dilakukan dalam rangkaian acara International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings (IMF-WBG AM) Bali 2018, 11 Oktober 2018, yang dihadiri Media Asuransi.
Bali Fintech Agenda mengusulkan isu tingkat tinggi yang harus dipertimbangkan negara-negara dalam diskusi kebijakan domestik mereka sendiri dan bertujuan untuk memandu staf IMF dan WBG dalam tugas mereka dan saat berdialog dengan otoritas masing-masing negara. Ke-12 elemen tersebut disaring dari pengalaman anggota IMF dan World Bank, mencakup topik yang berkaitan secara luas untuk mengaktifkan fintech, memastikan ketahanan sektor keuangan, mengatasi risiko, dan mempromosikan kerja sama internasional.
“Ada sekitar 1,7 miliar orang dewasa di dunia tanpa akses ke layanan keuangan,” kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde. Dia tambahkan, fintech dapat memiliki dampak sosial dan ekonomi yang besar bagi mereka dan anggota. Semua negara mencoba untuk memperoleh manfaat ini, sambil juga mengurangi risiko. “Kita membutuhkan kerja sama internasional yang lebih besar untuk mencapai itu, serta untuk memastikan revolusi fintech menguntungkan banyak dan bukan hanya segelintir orang. Agenda ini menyediakan kerangka kerja yang berguna bagi negara-negara untuk menilai pilihan kebijakan mereka dan menyesuaikannya dengan keadaan dan prioritas mereka sendiri,” tandasnya.
“Agenda Bali Fintech menyediakan kerangka kerja untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana akses ke layanan keuangan rendah,” kata World Bank Group President Jim Yong Kim dalam kesempatan yang sama. “Negara-negara menuntut akses yang lebih dalam ke pasar keuangan, dan World Bank Group akan fokus memberikan solusi fintech yang dapat meningkatkan layanan keuangan, mengurangi risiko, dan mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif yang stabil,” tuturnya.
Selain Lagarde dan Yong Kim, dalam diskusi panel untuk mempresentasikan Bali Fintech Agenda ini tampil pula sebagai pembicara Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan Lesetja Kganyago, dan Mark Carney, Gubernur Bank Sentral Inggris sekaligus Ketua Dewan Stabilitas Keuangan Inggris Mark Carney.
IMF dan World Bank akan mulai mengembangkan program kerja khusus di fintech. Fokus awal IMF adalah pada implikasi untuk stabilitas moneter dan keuangan nasional dan global, serta evolusi Sistem Moneter Internasional dan jaring pengaman keuangan global. Sementara itu, World Bank akan fokus memanfaatkan fintech untuk memperdalam pasar keuangan, meningkatkan akses yang bertanggung jawab terhadap layanan keuangan, dan meningkatkan pembayaran lintas batas dan sistem transfer pengiriman uang. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News